Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Siapa Musuh Kita Dalam Politik

Kamis, 26 September 2024 | September 26, 2024 WIB Last Updated 2024-09-26T04:50:54Z
Oleh Aris Halilintar Hukum


Newsdaring-Politik, sebagai wadah dimana beragam ideologi berkumpul, seringkali menjadi medan pertempuran tanpa pedang. Peserta pemilu, elit partai, warga kota, dan desa dengan latar belakang yang beraneka ragam membawa serta spektrum pandangan politik yang tak jarang saling berlawanan dan terlibat dalam perdebatan sengit. Bahkan dengan maraknya media sosial, kita disuguhi retorika yang penuh devaluasi, upaya memecah belah masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang berbeda.


Realitas ini jauh dari gambaran ideal demokrasi yang harus merangkul pluralisme dan kebebasan berpendapat. Bahkan prinsip ini gagal menjelaskan kemampuan demokrasi untuk menyatukan perbedaan sebagai dasar tak tergoyahkan dalam proses demokrasi, karena sebagian orang masih ada yang bertengkar, bahkan ada yang rela mati demi demokrasi.


Untuk memahami bahwa demokrasi seharusnya melindungi hak individu dan melindungi kepentingan kolektif, kita perlu melihatnya dari perspektif yang lebih luas. Demokrasi seharusnya membuat pemerintahan lebih akuntabel dan memungkinkan partisipasi masyarakat dalam pembentukan kebijakan, namun realitanya seringkali jauh dari itu.


Meskipun demokrasi dianggap sebagai cerminan keinginan masyarakat terhadap kedaulatan individu, kenyataannya seringkali tidak menjadi landasan bagi masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Sejarah perjuangan masyarakat mencari demokrasi sebagai cara untuk mengakhiri penindasan bisa menjadi bukti, tetapi bagaimana demokrasi yang mereka dapatkan saat ini? Apakah itu benar-benar melindungi hak individu?


Tak hanya itu saja, musuh sejati dalam politik juga tidak selalu hadir dalam wujud yang terang-terangan. Musuh sejati politik juga muncul dalam bentuk yang lebih tersembunyi, yaitu mereka yang suka memecah belah keberagaman. Mereka adalah individu atau kelompok yang menggunakan strategi retorika yang menghasut, memanfaatkan kekhawatiran dan ketakutan masyarakat sebagai alat untuk mencapai tujuan politik. Mereka cenderung tidak membawa solusi, melainkan justru memperkuat jurang yang memisahkan kita sebagai masyarakat.


Mereka menabur kekacauan dalam arena politik, lalu menggunakan politik sebagai wadah untuk menanam benih ketidakpercayaan, meracuni opini publik, dan memperbesar kesenjangan di antara kita sebagai warga negara. Mereka tidak peduli dengan kebutuhan akan kerjasama dan saling pengertian. Sebaliknya, mereka memadamkan suara-suara yang penting untuk membangun masa depan yang lebih baik.


Politik, dalam teori idealnya, seharusnya menjadi wadah untuk mencapai kesatuan dalam keberagaman. Namun, realitanya seringkali jauh dari konsep ideal ini. Manipulasi yang tersembunyi di balik layar politik, seperti Politisasi SARA, Money Politik, Hoax, Kampanye Hitam, dan Ujaran Kebencian, menjadi ancaman terbesar terhadap integritas demokrasi. Para pemecah belah dengan sengaja memicu polarisasi, memperlebar jurang di antara kita, dan memanfaatkan isu-isu sensitif demi kepentingan pribadi atau kelompok mereka.


Selain itu, kita juga harus waspada terhadap fenomena familikrasi dan politik dinasti. Meskipun ada argumen yang mendukungnya, keduanya sebenarnya memiliki masalah mendasar, yaitu lebih memprioritaskan kepentingan ‘golongan darah’ daripada kepentingan masyarakat umum. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali musuh sejati dalam politik, yaitu mereka yang memanfaatkan kewenangan golongan penguasa dan memanfaatkan ketakutan serta perpecahan untuk mencapai tujuan politik mereka, bukan sesama warga dengan pandangan berbeda. Musuh lain yang juga perlu diperhatikan adalah integritas penyelenggaraan demokrasi yang mudah goyah, termasuk retorika yang bersifat antagonis dalam politik.


Itu sebabnya, kita harus belajar untuk mengatasi perbedaan pendapat dan konflik politik dengan cara yang lebih produktif. Kita seharusnya tidak hanya mendengarkan, tetapi juga memahami pandangan orang lain. Politik yang sehat adalah politik yang mampu menggabungkan berbagai pandangan dan ideologi untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar.


Jadi, dalam mencari musuh sejati dalam politik, mari kita tidak melupakan esensi sejati dari kebangsaan, yaitu persatuan dalam keberagaman. Musuh sejati kita bukanlah sesama warga negara yang berpandangan berbeda, melainkan ketidakpedulian terhadap nasib bersama dan ketidaktahuan terhadap kepentingan bersama serta ketidakyakinan akan kemampuan untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang yang berbeda.


Ini bukan tentang menentang satu sama lain, melainkan tentang merangkul keberagaman sebagai kekuatan bersama, dan saat kita mampu mengatasi konflik dan perbedaan dengan cara yang produktif, kita akan mencapai tujuan sejati dari politik yaitu membangun masyarakat yang lebih baik, adil, dan berkeadilan. Dengan kata lain, masyarakat yang mampu mendengarkan, memahami, dan merangkul keberagaman sebagai kekuatan bersama akan mampu mengatasi musuh sejati dalam politik.