Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Dari Imajinasi ke Aksi Nyata: Lomba Menulis Siswa SD Kupang Bangkitkan Generasi Peduli Sampah

Rabu, 23 April 2025 | April 23, 2025 WIB Last Updated 2025-04-23T07:51:37Z

  

Literasi dan Lingkungan Jadi Napas Baru Pendidikan Dasar di Kota Kupang



Kota Kupang, NTT, 23 April 2025-Dinas Pendidikan Kota Kupang kembali menggandeng Rumah Literasi untuk menyelenggarakan Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi siswa SD/MI se-Kota Kupang. Kegiatan ini digelar selama tiga hari, dari 23 hingga 25 April 2025, di Hotel By Neo Aston Kupang.


Ketua Tim Juri Lomba, Gusty Rikarno, S.Fil., yang juga Direktur Rumah Literasi, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kali kedua Rumah Literasi dipercaya menjadi bagian dari proses seleksi dan pengembangan kemampuan literasi siswa sekolah dasar di Kota Kupang.


“Untuk kami, ini adalah bentuk kepercayaan luar biasa dari Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Pendidikan. Kali kedua ini bukan sekadar pengulangan, tetapi pengembangan dari pengalaman pertama, dengan pendekatan yang lebih menyentuh pengalaman nyata anak-anak,” ungkap Gusty.


Dengan tema utama tentang pengelolaan sampah, lomba ini dirancang tidak sekadar menguji kemampuan menulis, tetapi juga sebagai wahana menyadarkan siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak dini.


Berbeda dari lomba-lomba konvensional, peserta tidak menulis dari rumah atau mengumpulkan karya yang sudah jadi. Sebaliknya, panitia menayangkan sebuah video pendek di awal sesi lomba untuk membangkitkan imajinasi dan mengajak siswa menulis secara langsung dari inspirasi yang mereka rasakan saat itu.


Tulisan yang dihasilkan adalah refleksi dari pengalaman nyata anak-anak di sekolah, baik itu tentang kebiasaan memilah sampah, membuat kompos, atau aksi bersih lingkungan.


“Kita menilai tidak hanya kesesuaian dengan tema, tapi juga logika berpikir, jumlah kata minimal 500 sebagai indikator sejauh mana anak terbiasa membaca, dan yang paling penting: orisinalitas tulisan,” ujar Gusty.


Setelah menulis, hasil tulisan anak-anak diketik ulang oleh guru pendamping tanpa menambahkan atau mengurangi isinya. Hal ini untuk menjamin bahwa tulisan yang dinilai benar-benar murni dari pemikiran siswa.


Lebih dari sekadar kompetisi, Gusty menegaskan bahwa inti dari kegiatan ini adalah latihan berpikir sistematis dan menulis sebagai bentuk komunikasi yang efektif.


“Kami ingin anak-anak mulai dilatih menulis dan menghidupi tulisan mereka dalam kehidupan nyata. Kalau mereka menulis tentang membuang sampah pada tempatnya, maka mereka juga melakukannya,” tegasnya.


Untuk membantu siswa menyusun gagasan, panitia memberikan panduan alur berpikir sederhana: STAR (Situasi – Tantangan – Aksi – Refleksi). Alur ini mendorong anak-anak menulis secara terstruktur dan mengajak pembaca masuk ke dalam pengalaman mereka.


Menariknya, lomba menulis ini bertepatan dengan peluncuran roadmap penanganan sampah oleh Wali Kota Kupang. Gusty menyebut hal ini sebagai “benang merah yang luar biasa”.


“Wali Kota Kupang menangani masalah sampah hari ini dengan program nyata. Dinas Pendidikan, lewat lomba ini, sedang membangun kesadaran generasi masa depan untuk menjaga lingkungan. Ini sinergi yang sangat kuat,” ujarnya.


Ia juga berharap Pemerintah Kota Kupang terus mendukung kegiatan-kegiatan literasi seperti ini, termasuk rencana untuk membukukan 50 karya terbaik dari para peserta sebagai dokumentasi pendidikan dan bahan bacaan untuk anak-anak lainnya.


“Kalau buku ini jadi, itu akan menjadi warisan literasi dari anak-anak Kupang untuk Kota Kupang. Kami berharap Pak Wali dan Dinas Pendidikan berkenan mendukung ini,” katanya.


Gusty juga berpesan kepada para guru dan kepala sekolah untuk terus mendorong minat baca dan tulis anak-anak.


“Pikiran itu seperti pita yang terus bergulir. Semakin banyak membaca, semakin luas wawasan yang bisa ditulis. Pembaca yang tekun akan melahirkan penulis yang hebat,” katanya.


Sebagai penutup, ia menyebut bahwa pendidikan di Kota Kupang tengah menapaki “peradaban baru” di mana literasi dan karakter ditanamkan sejak dini, bukan menunggu anak dewasa.


Dengan prestasi Kota Kupang sebagai kota dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan tertinggi di NTT, Gusty yakin bahwa kebijakan-kebijakan kreatif seperti ini akan terus memperkuat arah pembangunan sumber daya manusia di masa depan.

(kl)