![]() |
Direktur PT Onedegefish, Kristin, membongkar dugaan intimidasi dalam mediasi Disnaker. Bukti disiapkan. Nelayan Wuring minta perusahaan tetap beroperasi.(📷:AC) |
Maumere, NTT— Direktur PT Onedegefish, Kristin, akhirnya angkat suara terkait pernyataan oknum Dinas Tenaga Kerja yang menyebut tidak ada intimidasi selama proses mediasi antara perusahaan dan karyawan.
"Itu tidak benar. Kami punya saksi dan bukti-bukti terkait itu. Apa iya kami harus membeberkan semua bukti-bukti tersebut?" tegas Kristin saat diwawancarai, Selasa (3/6/2025).
Kristin pun membeberkan kronologi kejadian yang dinilai janggal dan penuh tekanan.
"Hari Jumat, 23 Mei 2025, sekitar jam 12.00 saya ditelepon oleh pihak Naker untuk datang. Begitu tiba di ruangan, ternyata sudah ada belasan karyawan dan dua orang asing yang saya tidak kenal. Mereka duduk di barisan paling depan. Saya mewakili perusahaan, tapi saat saya bicara soal kondisi perusahaan, pembicaraan saya langsung dipotong dan saya diintimidasi oleh dua orang itu," ungkap Kristin.
Saat ditanya identitas, salah satu dari dua orang tersebut awalnya mengaku sebagai wakil perusahaan, lalu mengubah pernyataan jadi wakil karyawan. Kristin mempertanyakan legalitas kehadiran mereka, namun justru mendapat jawaban yang lebih mengejutkan.
"Satunya bilang, 'Saya yang antar mereka ke Bupati semalam. Bupati telepon langsung Pak Kadis, kami disuruh datang karena perintah Bupati'. Tapi mereka sama sekali tidak punya legalitas. Saya minta mereka keluar, dan akhirnya pertemuan pun dipending," lanjutnya.
Pada mediasi kedua, 28 Mei 2025, kedua orang itu hadir kembali. Kristin mengira mereka hanya membantu menyampaikan aspirasi karyawan. Namun kenyataannya, yang muncul adalah tekanan verbal.
"Mereka bilang ke saya, 'Hei kau itu orang asing, datang cuma coba-coba. Jangan kasih hati investor, jangan terlalu percaya sama mereka.' Mereka tunjuk-tunjuk bos saya dan bilang, 'Diam kau, orang asing!'" ujar Kristin, menirukan suara keduanya.
Tak hanya dari mereka, Kristin juga mendapat tekanan dari seorang oknum Disnaker yang ikut dalam proses.
"Dia bilang ke saya, 'Hey diam kau Chris, jangan gurui saya. Saya ini wakil negara! Jangan main-main ya, saya bisa bunuh orang di sini.' Apa itu bukan intimidasi? Saya mau bicara saja langsung disuruh diam," ungkap Kristin geram.
Ia menegaskan memiliki semua bukti terkait intimidasi tersebut. "Saya siap. Mau sampai RDP, silakan. Saya punya tanggung jawab besar. Perusahaan ini bukan main-main. Karyawan banyak. Masa mereka bilang tutup, ya langsung tutup? Pemerintahan model begini ini?" sorotnya.
Ibu Yofani Maria Renya Rosari Francis, yang turut hadir mendampingi investor, juga menyayangkan sikap para pihak yang terlibat dalam mediasi.
"Sebagai pelayan publik, harusnya tetap profesional dan empati. Diksi yang dipakai harus menentramkan agar mediasi berjalan efektif dan kondusif. Jangan lupa, mereka semua digaji dari pajak rakyat. Tolong aturlah rakyat sesuai regulasi," ujar Yofani tegas.
Kegaduhan dalam mediasi ini turut memicu suara dari nelayan setempat. Rizal, nelayan asal Wuring, berharap perusahaan tetap beroperasi.
"Kalau di sini, hasil laut kami langsung terbeli. Cepat uangnya. Di pasar harus tunggu hari-hari baru bisa balik melaut. Di sini langsung antar, langsung dibayar. Stok es juga selalu ada, tidak terbatas," katanya.
Harapan serupa disampaikan Thamrin, Daud, dan Zainal — nelayan Wuring lainnya.
"Pemerintah tolong bantu kami. Jangan sampai perusahaan ini ditutup," seru mereka.
✏️: AC