![]() |
Program Bangun Karya resmi ditutup di NTT. Kolaborasi BPOM, Pemprov NTT, dan Bentoel Group sukses bantu UMKM naik kelas lewat standar dan legalitas.(📷: news-daring.com) |
Kota Kupang,NTT, 4 Juni 2025 — Setelah berjalan lebih dari satu tahun, Program Bangun Karya yang digagas oleh Badan POM RI 🔖, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 🔖, dan Bentoel Group 🔖. resmi ditutup dalam sebuah seremoni hangat di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT.
Program ini menjadi bagian dari kampanye keberlanjutan Bangun Bangsa, yang menitikberatkan pada penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) 🔖, khususnya di sektor pangan olahan, kosmetik, dan obat tradisional 🔖. Selama pelaksanaannya, 10 UMKM binaan di empat wilayah—Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Alor—mendapat pendampingan intensif dan fasilitas produksi yang kini memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP).
Tak hanya itu, lebih dari 300 pelaku UMKM dan warga lokal telah menerima edukasi langsung terkait produksi yang aman dan bermutu. Kolaborasi ini membuktikan bahwa pembangunan ekonomi berbasis masyarakat tak cukup dengan modal, tapi perlu sinergi dan pengetahuan.
Dalam sambutannya, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menekankan pentingnya membangun kekuatan ekonomi dari akar rumput:
"Program ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat mampu menjawab tantangan konkret di lapangan. Kita mulai dari desa, dari pelaku UMKM kecil, untuk membangun NTT yang berdaya saing dan siap menghadapi pasar global," ungkapnya.
Ia juga mengaitkan semangat Bangun Karya dengan program prioritas daerah, yakni One Village One Product (OVOP), sebagai model transformasi ekonomi dari desa.
Dari sisi regulator, Kepala BPOM RI, Irjen. Pol. Dr. Jayadi, menyampaikan bahwa aspek legalitas bukanlah beban, melainkan kepercayaan yang dibangun bersama:
"Badan POM sangat mendukung inisiatif yang mendorong UMKM untuk tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga patuh terhadap regulasi keamanan produk. Legalitas bukan hanya soal izin, tapi jaminan mutu bagi masyarakat."
Sebagai mitra strategis, Bentoel Group melihat program ini sebagai investasi sosial yang inklusif. Dian Widyanarti, Head of Corporate and Regulatory Affairs, menjelaskan bahwa pendekatan mereka bukan sekadar edukatif, tapi juga teknis:
"Melalui Bangun Karya, kami ingin memastikan bahwa pelaku UMKM di daerah seperti Nusa Tenggara Timur memiliki kesempatan yang setara untuk tumbuh dan bersaing. Program ini kami rancang bukan hanya untuk mendidik, tetapi juga membekali secara praktis, termasuk pendampingan fasilitas produksi sesuai standar Badan POM RI."
Ia juga menambahkan harapan akan perhatian pemerintah terhadap keberlanjutan industri tembakau yang telah banyak berkontribusi:
"Untuk terus dapat menciptakan dampak positif bagi masyarakat, kami juga ingin meminta dukungan dari pemerintah terhadap keberlanjutan industri tembakau. Bukan hanya bagian dari warisan budaya, industri ini telah banyak memberikan kontribusi positif bagi penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, serta pengembangan ekonomi kerakyatan."
Penutupan program ini turut dimeriahkan dengan pemutaran dokumentasi perjalanan Bangun Karya, penyerahan apresiasi kepada UMKM terbaik, dan silaturahmi antar pemangku kepentingan.
Lebih dari sekadar seremoni penutupan, Bangun Karya meninggalkan warisan penting: model sinergi lintas sektor yang dapat direplikasi di berbagai daerah Indonesia.