![]() |
Ketua PGRI NTT Dr. Sam Haning kutuk keras kematian aktivis Rudolfus Roma dan desak Kapolda bentuk tim khusus untuk usut tuntas kasus ini. |
Kupang,NTT, 15 September 2025 — Kematian tragis aktivis lingkungan sekaligus guru SMP Negeri Nangaroro, Rudolfus Oktovianus Ruma, atau yang akrab disapa Vian, mengundang keprihatinan mendalam. Ketua PGRI Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dr. Sam Haning, SH., MH, didampingi Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Inggrid Pasumain, menyampaikan sikap resmi organisasi guru terkait kasus tersebut.
“Kami merasa sangat kehilangan. Saudara Rudolfus adalah seorang guru terbaik sekaligus aktivis lingkungan yang berani menolak keras proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) di Flores. Kehilangannya adalah duka bagi pendidikan dan perjuangan lingkungan di NTT,” ujar Dr. Haning.
Berdasarkan laporan pengurus PGRI di Nagekeo, almarhum ditemukan pada 5 September 2025 di sebuah gubuk pinggir pantai Desa Suku Sama, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo. Kondisinya penuh kejanggalan: leher terikat dengan tali sepatu, hidung dan kakinya masih menyentuh lantai, serta lutut sedikit menekuk. Temuan ini menimbulkan kecurigaan kuat adanya tindak kekerasan atau rekayasa di balik kematian Vian.
“Ini kematian yang tidak wajar. Karena itu, kami meminta pihak kepolisian di Nagekeo untuk melakukan investigasi secara mendalam, penyelidikan dan penyidikan yang profesional agar segera menangkap orang-orang yang berkaitan dengan kematian almarhum Vian,” tegas Dr. Haning.
Ketua PGRI NTT juga mengingatkan bahwa jika benar ada unsur perbuatan kriminal yang dilakukan oknum tertentu, maka pelaku harus bertanggung jawab secara hukum.
“Saya dengan keras mengutuk perbuatan biadab yang diduga dilakukan pelaku-pelaku yang mengakibatkan meninggalnya seorang guru terbaik kami sekaligus aktivis lingkungan. Kami tidak akan diam,” tambahnya.
Lebih jauh, Dr. Haning meminta Kapolda NTT turun langsung dengan membentuk tim khusus Polda. Menurutnya, penyelidikan di tingkat Polsek Nangaroro maupun Polres Nagekeo belum cukup. Polda NTT, dengan sumber daya penyidik berpengalaman serta peralatan modern, dinilai mampu mengungkap siapa saja yang berada di balik kematian ini.
“Kapolda NTT harus aktif. Bentuk tim khusus di luar Polsek Nangaroro dan Polres Nagekeo. Kasus ini harus segera terang benderang. PGRI NTT akan terus mengikuti seluruh perkembangan penyelidikan dan penyidikan hingga penyebab kematian saudara Vian benar-benar jelas,” ucap Haning dengan nada tegas.
Selain itu, ia menegaskan PGRI NTT tidak akan berhenti memantau kasus ini. Dalam waktu dekat, pihaknya akan menurunkan tim ke Nagekeo untuk melihat langsung perkembangan yang dilakukan penyidik di lapangan. “Kami ingin memastikan tidak ada yang ditutup-tutupi, semua pelaku harus terbongkar,” tandasnya.
Kematian Rudolfus Oktovianus Roma bukan sekadar tragedi personal, tetapi juga menjadi pukulan bagi gerakan lingkungan di Flores. Sosok Vian selama ini dikenal vokal menolak proyek geothermal karena dinilai berpotensi merusak ekosistem dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar.
“Ini bukan hanya soal kehilangan seorang guru, tetapi juga kehilangan seorang pejuang lingkungan. Karena itu, kasus ini harus benar-benar diusut agar memberikan rasa keadilan bagi keluarga, rekan guru, dan seluruh masyarakat NTT,” tutup Dr. Haning.
Kasus kematian aktivis sekaligus guru Rudolfus Roma menjadi ujian serius bagi aparat penegak hukum di NTT. Masyarakat kini menunggu, apakah kepolisian mampu menghadirkan keadilan dan membongkar seluruh pihak yang terlibat, atau justru membiarkan misteri ini terkubur bersama sosok pejuang lingkungan yang gigih memperjuangkan bumi Flores.
✒️: kl