![]() |
Klaim Dinkes soal call center MBG di Sikka dibantah sekolah. Publik pertanyakan transparansi, manajemen, dan kredibilitas program. |
Maumere, NTT — Skandal program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Sikka terus menggelinding. Setelah sebelumnya muncul kasus makanan berulat, kini publik kembali dikejutkan oleh pernyataan kontroversial Plt Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlimus, mengenai adanya call center pengaduan.
Dalam wawancara pada 1 Oktober 2025, Petrus menegaskan bahwa nomor call center telah disosialisasikan ke sekolah-sekolah sebagai jalur resmi pelaporan kasus MBG. Namun, penelusuran media justru menemukan fakta berbeda.
Sejumlah sekolah membantah pernah menerima informasi tersebut.
Wilfridus Wempi Nanga, Kepala SLB Negeri Beru: “Kami belum pernah menerima nomor call center dari Dinas Kesehatan.”
Kepala SMK Negeri Wairklau: “Tidak ada nomor call center yang pernah disampaikan ke sekolah.”
Guru SMPK Frater Maumere: “Belum ada informasi apapun tentang call center.”
Guru swasta Alok Timur: “Kalau ada nomor penting biasanya kepala sekolah memberitahukan. Tapi soal call center, kami tidak tahu.”
Guru SMK Yohanes Maumere (nama dirahasiakan): “Saya tidak pernah tahu soal call center itu.”
Kontradiksi ini memunculkan pertanyaan publik: apakah call center benar-benar pernah disosialisasikan, atau hanya klaim sepihak dari Dinas Kesehatan?
Padahal, keberadaan call center menjadi krusial. Bila nomor itu nyata dan diketahui sekolah, laporan kasus makanan bermasalah bisa segera ditindaklanjuti. Namun karena sosialisasi tak pernah sampai ke sekolah, jalur pengaduan resmi praktis tidak tersedia.
Situasi ini memperlihatkan kelemahan mendasar: program MBG di bawah kendali Dinas Kesehatan Sikka rapuh dalam manajemen, rancu dalam komunikasi, dan kini kian menuai ketidakpercayaan masyarakat.