“Kita harapkan ke depan Pelabuhan Tenau bisa langsung ekspor ke luar (negeri). Kita mau ekspor ke Australia, harus lewat Surabaya terus ke Singapura baru ke Australia. Itu jauh sekali. Kenapa kita tidak langsung by pass atau langsung saja ke Australia. Seluruh potensi logistik kita dari NTT yang mau dikirim ke Australia harus lewat jalur ini. Kalau kita bisa buka antara Kupang dan Darwin, itu sangat menolong kita. Karena itu jalur perdagangan yang terbuka bagi NTT,” jelas Gubernur VBL saat menerima audiensi dari Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Hubungan Antar Lembaga, Mayjen Purn (Mar) Buyung Lalana bersama pejabat Dirjen Perhubungan Laut, Capt. Bharto Ari Raharjo di ruang kerja Gubernur, Rabu (18/8).
Dalam pertemuan yang dihadiri Kadis Perubungan NTT, Isyak Nuka, Kepala KSOP Kelas III Kupang, Mayor (Maret) Sandi Varikta, Pejabat dari PT Pelni Kupang, Staf Khusus Menteri Perhubungan menyampaikan rencana Pembukaan trayek baru Tol Laut dari Merauke ke NTT.
Lebih lanjut, Gubernur Viktor menjelaskan dari hasil kunjungan dan diskusi dengan otoritas di Darwin, pemerintah di sana pada dasarnya mendukung pembukaan rute langsung dari Kupang. Sekarang tinggal otoritas berwenang di Indonesia melakukan komunikasi yang intensif untuk mewujudkan ini.
“Bukan hanya untuk ekspor kebutuhan pokok tapi juga untuk rute penerbangan udara. Perjalanan dengan Udara dari Darwin ke Kupang hanya sekitar dua jam. Banyak penduduk keturunan NTT yang menetap di Darwin harus ke Perth atau Sydney terus ke Bali baru ke Kupang. Begitu pun hubungan perdagangan dengan Timor Leste. Kalau hubungan dagang lewat jalur perhubungan laut dan udara antar Kupang-Dili-Darwin berjalan tentu akan memacu pertumbuhan ekonomi kawasan Timur Indonesia. Begitupun dengan Papua dan Negara-negara Melanesia di kawasan pasifik, kita bisa membuka hubungan dagang lewat jalur laut,”jelas Gubernur Viktor.
Terkait dengan pembukaan rute baru Tol Laut dari Merauke ke NTT, Gubernur Viktor mendukung penuh. Apalagi hal tersebut juga sudah dibicarakan dengan Gubernur Papua dan Papua Barat saat berkunjung ke Jayapura pada Februari 2020.
“Kalau Merauke punya surplus beras yang bisa disuplai ke NTT, NTT juga punya banyak potensi yang bisa diangkut lewat tol laut. Di antaranya Garam. Banyak garam di Sabu dengan kualitas terbaik tidak bisa dipasarkan. Saya harus sampai menelepon Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang hal ini. Daripada kita mengekspor garam dari luar negeri, lebih baik kita membeli garam petani yang ribuan ton ini. Potensi lain dari NTT adalah daging sapi, rumput laut, ikan dan potensi lainnya,” jelas Gubernur VBL.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur VBL juga meminta dukungan Kementerian Perhubungan terkait tol laut antar Pulau di NTT. Di NTT, ada sekitar lebih dari 50 pelabuhan dan 15 bandara. Dengan adanya kapal yang setiap hari mengelilingi pulau-pulau di NTT, perdagangan akan bisa bertumbuh pesat.
“Nanti kita kerjasama. Tentu dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota akan memberikan subsidi, bukan hanya dari pemerintah pusat. Karena misalnya kelebihan bawang dari Timor tidak bisa dipasarkan di Sumba karena biaya transportasinya mahal.Begitu pun kelebihan stok komoditas pertanian, peternakan dan potensi lainnya tidak bisa diantarpulaukan karena mahal akibat tidak adanya kapal,” jelas Gubernur VBL.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Perhubungan, Buyung Lalana menjelaskan sejak diluncurkan pada tahun 2015, Tol Laut mampu menurunkan biaya logistik sampai 30 persen karena ada subsidi dari pemerintah dan juga menekan disparitas harga antar daerah. Misi utama program ini adalah efisiensi biaya pengiriman bahan pokok penting dan muatan balik potensi daerah.
“Sejak tahun 2020, tol laut melayani pengangkutan surplus beras bulog dari Merauke ke Seluruh Papua dan Papua Barat. Ke depan kita akan membuka jalur baru dari Merauke ke NTT. Kami mohon dukungan data dan dukungan administrasi lainnya dari pemerintah Provinsi NTT untuk mewujudkan trayek baru ini.Untuk pengembangan tol laut antar pulau dalam Provinsi, kami juga siap mendukung, ” jelas Buyung.
Pejabat dari Dirjen Perhubungan Laut, Capt. Bharto Ari Raharjo menambahkan, total trayek tol laut ke seluruh Indonesia sejumlah 30. Dari jumlah itu, ada 3 trayek yang singgah di NTT.
“Fokus kita pada tahun 2021 ini adalah muatan balik dari daerah tujuan yakni potensi sumber daya alam untuk dimuat keluar. Kami memberikan stimulus untuk muatan balik potensi-potenai unggulan daerah tersebut,” pungkas Bharto.