Tangkapan layar/Reuters |
Newsdaring-Dubai, 13 Desember 2024 (Reuters) – Kejatuhan Bashar al-Assad dari kursi kekuasaan Suriah menjadi salah satu momen paling dramatis dalam sejarah Timur Tengah modern. Dalam pelarian mendadak ke Moskow pada Minggu, 8 Desember, Assad memilih meninggalkan lingkaran dalamnya, keluarganya, bahkan pasukannya dalam gelap.
Menurut sumber-sumber terpercaya, beberapa jam sebelum melarikan diri, Assad meyakinkan sekitar 30 pejabat militer dan keamanan di Kementerian Pertahanan bahwa bantuan militer Rusia akan segera tiba. Sementara itu, ia telah merencanakan kepergiannya tanpa memberi tahu siapa pun, termasuk adiknya, Maher Assad, yang kemudian harus mencari jalur pelarian sendiri.
“Assad bahkan tidak melakukan perlawanan terakhir. Ia membiarkan pendukungnya menghadapi nasib mereka sendiri,” ujar Nadim Houri, direktur eksekutif Arab Reform Initiative.
Pelarian Assad dirancang dengan hati-hati, dimulai dari pesawat yang terbang rendah dengan transponder dimatikan hingga tiba di pangkalan udara Rusia di Latakia, sebelum akhirnya berlanjut ke Moskow. Keluarga dekatnya, termasuk istri dan anak-anaknya, sudah terlebih dahulu berada di ibu kota Rusia.
Namun, pelarian ini menyisakan kekacauan di Suriah. Lingkaran keluarga dan kerabat Assad terjebak di tengah runtuhnya rezim. Sepupunya, Ehab dan Eyad Makhlouf, gagal melarikan diri ke Lebanon dan disergap pemberontak. Ehab tewas, sementara Eyad terluka parah.
Setelah pelariannya, video dari kompleks kepresidenan yang diambil oleh warga menunjukkan makanan matang yang masih tertinggal di dapur, menandakan keluarnya Assad yang tergesa-gesa. Album foto keluarga dan barang-barang pribadi lainnya menjadi saksi bisu kehancuran mendadak dinasti Assad setelah setengah abad berkuasa.(kl)