![]() |
Foto: istimewa |
Kota Kupang,NTT, 20 Maret 2025 – Dalam semangat kebersamaan dan toleransi, SMK Negeri 5 Kupang menggelar Pesantren Kilat untuk siswa Muslim dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah pembinaan keagamaan bagi siswa Muslim, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa keberagaman di sekolah ini dijunjung tinggi.
Plt. Kepala SMKN 5 Kupang, Hebner Dakabesy, S.Pd, saat ditemui media ini di ruang kerjanya menegaskan bahwa Pesantren Kilat sudah menjadi bagian dari tradisi sekolah sejak kepemimpinan sebelumnya. Program ini terus dijalankan karena dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman agama serta upaya memperkuat rasa kebersamaan di lingkungan sekolah.
"Pesantren Kilat ini sudah ada sejak kepala sekolah sebelumnya dan menjadi perhatian besar bagi keluarga besar SMKN 5 Kupang. Karena itu, kami terus melanjutkan dan mengembangkan kegiatan ini agar semakin baik. Yang menarik, kegiatan ini bukan hanya dijalankan oleh siswa Muslim saja, tetapi juga mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen sekolah, termasuk guru dan siswa non-Muslim," ungkap Hebner Dakabesy.
Toleransi Nyata di Lingkungan Sekolah
Menurutnya, salah satu hal yang paling membanggakan adalah keterlibatan guru dan siswa non-Muslim dalam membantu kelancaran acara ini. Mereka tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga turut serta dalam persiapan teknis, seperti dekorasi dan penyediaan fasilitas.
"Di SMKN 5 Kupang, toleransi bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata. Teman-teman non-Muslim ikut terlibat dalam kepanitiaan, membantu persiapan, dan menunjukkan kepedulian. Ini membuktikan bahwa kita semua adalah satu keluarga besar yang saling menghormati," ujarnya.
Meski jumlah siswa Muslim di SMKN 5 Kupang relatif sedikit—sekitar 50 dari 1.113 peserta didik—serta hanya 6 guru Muslim, hal itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan ruang dalam menunaikan ibadah. Hebner menegaskan bahwa di sekolah ini, mayoritas dan minoritas bukanlah persoalan, karena yang lebih penting adalah bagaimana semua elemen hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat dan kebersamaan.
"Kami tidak melihat jumlah sebagai ukuran. Yang kami utamakan adalah kualitas relasi, bagaimana kita bisa hidup bersama dalam keberagaman tanpa merasa terkotak-kotak. Keberagaman adalah anugerah Tuhan yang harus kita syukuri dan kita jalani dengan penuh kesadaran," tegasnya.
Lingkungan Sekolah yang Harmonis
Ketika ditanya apakah selama bulan Ramadan ada kendala dalam menjaga harmoni antara siswa yang berpuasa dan yang tidak, Hebner dengan tegas menyatakan bahwa situasi di SMKN 5 Kupang tetap kondusif.
"Kami selalu mengingatkan seluruh keluarga besar SMKN 5 Kupang untuk saling menghargai. Guru dan siswa yang tidak menjalankan puasa tetap menunjukkan rasa hormat kepada saudara-saudara Muslim yang sedang beribadah. Tidak ada gangguan atau ketidaknyamanan, karena di sini kami semua saling menjaga," katanya.
Lebih lanjut, Hebner menambahkan bahwa pesantren kilat ini bukan sekadar agenda tahunan, tetapi juga momentum untuk semakin menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan lintas agama. Ia berharap, semangat toleransi yang sudah tertanam di SMKN 5 Kupang dapat terus dipelihara dan menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain.
"Mari kita jadikan keberagaman ini sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Perbedaan yang ada bukanlah penghalang, tetapi justru menjadi alasan bagi kita untuk semakin erat bersatu. Kita ini satu keluarga, satu bangsa, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Semoga semangat ini terus hidup dan menjadi inspirasi bagi kita semua," tutupnya.
Dengan adanya Pesantren Kilat, diharapkan nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan di SMKN 5 Kupang semakin kuat, menjadikan sekolah ini sebagai tempat belajar yang nyaman bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang agama dan budaya.(kl)