![]() |
Warga Kringa buka suara soal proyek air mangkrak saat Gerindra salurkan bantuan ke zona erupsi Gunung Lewotobi, Sikka. Aspirasi diteruskan ke pusat. |
Maumere, NTT, 25 Juni 2025 — Di tengah kepungan abu vulkanik dan rumah-rumah yang mulai rapuh diterpa hujan kerikil, Partai Gerindra hadir membawa harapan bagi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. Bantuan kemanusiaan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra itu disalurkan langsung oleh DPC Gerindra Sikka ke empat desa terdampak: Kringa, Timutawa, Ojang, dan Hikong.
Namun, di balik sambutan hangat dan ucapan terima kasih, suara keluhan warga pecah lantang: mereka butuh air bersih, panen yang gagal bertahun-tahun, atap rumah yang bolong, dan janji pemerintah yang tak kunjung ditepati.
"Ini hanya bantuan sementara untuk meringankan beban Bapak/Ibu di sini. Semoga bermanfaat," ujar Hubert Moni, Sekretaris DPC Gerindra Sikka, saat menyerahkan bantuan berupa masker, mie instan, ikan, sayur, dan air mineral.
Ia menegaskan bahwa bantuan ini bukan asal kirim. Sebelum turun, pihaknya telah berkoordinasi dengan Ketua PAC Talibura dan Pemkab Sikka untuk memetakan kebutuhan riil warga di lapangan.
“Air Kami Dijanjikan, Tapi Tak Pernah Mengalir!”
Suara paling lantang datang dari Dusun Kringa. Seorang warga bernama Keban dengan nada getir mengungkapkan kekecewaannya terhadap proyek air bersih yang mangkrak sejak 4-5 tahun terakhir.
"Saya tidak tahu di mana salahnya, tapi proyek air ini sudah bertahun-tahun, dan belum ada setetes pun yang keluar. Bupati sebelumnya janji selesaikan 4 hari, tapi sampai sekarang nihil. Kami titipkan persoalan ini ke Gerindra," katanya disambut anggukan warga lain.
Ketua BPD Kringa, Stanislaus Juni Ben, pun turut mengungkapkan rasa terima kasihnya namun tetap menegaskan harapan agar ada perhatian nyata yang berkelanjutan, bukan hanya datang saat bencana.
Ternak Mati, Tanaman Gagal Panen, Anak-Anak Hirup Debu
Di desa kedua, Timutawa, warga meminta intervensi pemerintah karena hampir dua tahun terakhir panen terus gagal dan ternak mati. Kondisi ini diperparah dengan minimnya bantuan teknis maupun logistik.
Keluhan serupa disuarakan Ibu Aurelia Yelmina Mbere, anggota BPD Desa Ojang, titik ketiga penyaluran bantuan.
"Kami mohon perhatian dari Pemda dan semua pihak. Kami hidup dari tanah dan ternak. Saat semua itu mati, kami tak punya apa-apa lagi," ujarnya.
Sementara itu, di titik terakhir, Desa Hikong, Ketua BPD mengungkap fakta tragis: lebih dari 70 rumah warga rusak akibat hujan kerikil, dan anak-anak mulai menunjukkan gangguan pernapasan akibat debu vulkanik yang terus menerpa.
"Tanaman hortikultura rusak, atap rumah bocor, dan anak-anak mulai batuk terus. Kami butuh bantuan medis, bukan hanya logistik," tegasnya.
Gerindra: Aspirasi Warga Akan Kami Bawa ke Tingkat Nasional
Dihubungi terpisah dari Jakarta, Ketua DPC Partai Gerindra Sikka, Fransiskus Stephanus Say, menyampaikan apresiasi kepada seluruh tim yang telah bergerak cepat dan responsif. Ia juga berjanji akan menindaklanjuti semua keluhan yang disampaikan warga.
"Terima kasih kepada tim yang telah bekerja luar biasa. Untuk warga, semua aspirasi akan kami teruskan ke DPP. Semoga bantuan ini bisa sedikit meringankan beban, dan kami pastikan akan terus kawal persoalan yang ada," tegasnya.
Catatan Kritis: Bencana Boleh Datang, Tapi Ketidakadilan Jangan Terus Bertahan
Penyaluran bantuan ini menjadi tamparan bagi pemerintah daerah dan pusat: bencana bisa dipahami sebagai musibah alam, tapi kegagalan memenuhi hak dasar warga seperti air bersih adalah musibah buatan manusia.
Warga Kringa, Timutawa, Ojang, dan Hikong tak hanya butuh nasi bungkus dan masker. Mereka butuh janji ditepati, proyek dikerjakan dengan benar, dan hidup yang layak di atas tanah sendiri.
Gerindra mungkin datang dengan bantuan. Tapi yang warga minta lebih dari itu: keadilan dan keberpihakan yang nyata.
✏️: Albert Cakramento