Kota Kupang, NTT– SD Negeri Naioni tampil rapi dan bersih dari tampak depan. Namun hasil pemantauan media pada 4 Juli 2025 menemukan kenyataan berbeda di bagian belakang sekolah. Sampah plastik dan kertas masih berserakan, got dipenuhi daun kering, serta rumput liar tumbuh tak terkendali.
Meski begitu, Kepala Sekolah Maria Runa, S.Pd menjelaskan bahwa pihak sekolah secara rutin melakukan edukasi dan pembersihan lingkungan.
“Setiap hari Jumat kami adakan kerja bakti. Sampah kami pilah, yang bisa dibakar langsung dibakar. Hanya saja di bagian belakang memang belum bisa ditata karena ada material milik PUPR yang belum boleh diganggu,” ujar Maria.
Kondisi sampah belakang sekolah juga dipengaruhi oleh angin kencang dan keterbatasan pagar pengaman. Lebih parahnya lagi, tempat sampah bantuan pemerintah kerap dicuri karena sekolah tidak memiliki CCTV.
“Tempat sampah tiga warna kami sering hilang. Besi-besinya diambil, bunga pun dicabut. Karena tidak ada pagar keliling dan pengawasan, lingkungan belakang jadi rawan,” jelasnya.
Dari hasil pengamatan media, kamar mandi guru dan siswa cukup bersih, pencahayaan memadai, namun lantai dan bak penampungan air perlu perhatian karena sudah menguning dan menimbulkan bau.
Untuk edukasi sampah, Maria menegaskan bahwa siswa telah dibiasakan membuang sampah sesuai warna tong – merah, kuning, dan hijau. Namun karena usia anak-anak, mereka perlu diingatkan terus-menerus.
“Namanya anak-anak, hari ini diajarkan, besok bisa lupa lagi. Tapi kami terus biasakan agar mereka paham,” tuturnya.
Pemantauan ini menjadi catatan bagi semua pihak agar semangat menjaga kebersihan tak hanya fokus di bagian depan, tetapi juga menjangkau seluruh area sekolah. Sekolah adalah tempat belajar, dan lingkungan yang sehat adalah bagian penting dari pendidikan karakter anak.
✏️: kl