Maumere, NTT, 11 Juli 2025 — Suasana di kawasan Bandara Frans Seda Maumere hari ini memanas. Puluhan sopir yang tergabung dalam Koperasi Jasa Angkutan Bandara Frans Seda menggelar aksi protes menolak beroperasinya Grab, platform transportasi daring yang mulai masuk dan beroperasi di wilayah Maumere tanpa izin zona yang jelas.
Dipimpin oleh Fransiskus Moan Sadok Sadipun, para sopir menyuarakan keresahan mereka karena sejak kehadiran Grab, penumpang dengan mudah dijemput langsung di bandara tanpa melalui antrean resmi koperasi. Akibatnya, pendapatan para sopir lokal merosot drastis.
“Dulu Bupati janji datangkan pesawat, sekarang yang datang Grab. Ini bukan kemajuan kalau rakyat kecil dikorbankan di rumah sendiri,” tegas Fransiskus dalam orasinya di depan terminal kedatangan Bandara.
Tuntutan Tegas: Tolak Grab Masuk Maumere
Para sopir mendesak Dinas Perhubungan Kabupaten Sikka dan DPRD Sikka untuk menolak operasional Grab di zona bandara, karena dianggap merusak ekosistem jasa transportasi lokal yang telah diatur secara koperatif, dengan sistem antrean, tarif resmi, dan kontribusi tetap terhadap pendapatan daerah.
“Kami bukan anti-aplikasi. Kami cuma minta keadilan. Kami bayar iuran koperasi, kami ikuti aturan bandara, tapi sekarang mobil luar bisa ambil penumpang seenaknya. Ini bukan persaingan sehat, ini pembiaran!” ujar seorang sopir senior di lokasi aksi.
Para pengemudi mengaku bahwa selama ini mereka adalah mitra resmi otoritas bandara dan Pemkab Sikka, namun kini merasa terpinggirkan karena tidak ada tindakan nyata dari pemerintah dalam mengatur arus masuk transportasi digital.
Zona Strategis Direbut, Sopir Resmi Tergusur
Bandara Frans Seda selama ini merupakan zona eksklusif bagi koperasi angkutan bandara, dengan trayek jelas dan sistem pelayanan berbasis antrean. Namun sejak Grab mulai beroperasi diam-diam di area ini, para sopir resmi kehilangan sebagian besar penumpang.
“Kami cari makan dari sini. Kalau Grab dibiarkan beroperasi tanpa aturan, lebih baik tutup saja koperasi ini. Pemerintah jangan pura-pura buta,” sindir Fransiskus keras.
Desak Bupati Turun Tangan, Jangan Diam
Dalam tuntutannya, para sopir koperasi meminta agar Bupati Sikka Juventus Prima Yoris Kago, S.H., segera memfasilitasi dialog terbuka dengan pelaku usaha lokal dan membuat regulasi tegas soal batas operasional transportasi daring, khususnya Grab.
“Jangan tunggu kami demo besar-besaran baru pemerintah sadar. Hari ini suara kami satu: TOLAK GRAB di Bandara Frans Seda. Kami siap dialog, tapi juga siap bertindak kalau diabaikan,” ujar mereka kompak.
Catatan Redaksi
Transformasi digital tak boleh jadi jalan pintas untuk membunuh pelaku ekonomi lokal. Aksi sopir koperasi Bandara Frans Seda menjadi alarm keras bagi Pemkab Sikka: modernisasi tanpa perlindungan adalah penggusuran terselubung.
Jika pemerintah hanya diam, maka rakyat kecil akan tumbang satu per satu — bukan karena malas, tapi karena tak diberi ruang yang adil untuk bertahan.
✒️: Albert Cakramento