|  | 
| Frederich Baba Djoedye lakukan aksi simbolik “titipkan batu” di DPRD Sikka sebagai protes krisis dokter di RS TC. Hillers Maumere. | 
Maumere, NTT, 30 Oktober 2025— Suasana di depan Kantor DPRD Kabupaten Sikka sore ini (Kamis, 30/10) mendadak ramai ketika Frederich Fransiskus Baba Djoedye, Koordinator Aksi Resa dan Gelisa, melakukan aksi simbolik “titipkan batu” di gerbang utama DPRD Sikka. Aksi tunggal itu menjadi bentuk protes keras terhadap krisis tenaga dokter di RS TC. Hillers Maumere yang hingga kini belum mendapat solusi nyata dari pemerintah daerah maupun DPRD.
Tumpukan batu dari satu dump truck sengaja diturunkan di depan pintu masuk sebagai simbol beratnya penderitaan rakyat Sikka akibat minimnya pelayanan kesehatan. Aksi ini menarik perhatian aparat keamanan dan sejumlah pegawai DPRD, termasuk Kasat Pol-PP Kabupaten Sikka, Adeodatus Buang, yang sempat menanyakan alasan di balik tindakan tersebut.
Menanggapi hal itu, Frederich Fransiskus Baba Djoedye menegaskan bahwa aksinya bukan bentuk vandalisme, melainkan kritik moral terhadap lembaga wakil rakyat yang dinilai lamban merespons persoalan serius di bidang kesehatan.
“Ini rumah rakyat. Kalau ada anggota DPRD yang melarang, mereka harus tunjukkan dulu sertifikat tanah ini atas nama siapa — pribadi mereka atau pemerintah? Gedung ini dibangun dari uang rakyat, jadi sah-sah saja kalau saya menitipkan batu di sini sampai ada solusi untuk krisis dokter di RS TC. Hillers,” tegas Frederich di hadapan petugas.
Lebih lanjut, Frederich menjelaskan bahwa batu yang diturunkan bukan sekadar benda fisik, tetapi lambang beratnya beban masyarakat Sikka akibat minimnya tenaga medis di rumah sakit rujukan utama tersebut. Ia menekankan bahwa aksinya dilakukan tanpa kekerasan dan murni sebagai seruan moral bagi DPRD dan Pemkab Sikka agar segera bertindak.
Krisis dokter di RS TC. Hillers Maumere telah menjadi isu publik selama beberapa bulan terakhir. Ketiadaan dokter anestesi dan kekurangan tenaga medis menyebabkan beberapa pasien kritis tidak tertangani secara maksimal. Namun hingga kini, belum ada langkah konkret yang diambil DPRD maupun pemerintah daerah untuk menyelesaikan persoalan itu.
Aksi simbolik Frederich berlangsung aman dan tertib. Batu-batu yang diturunkan dibiarkan tersusun rapi di gerbang DPRD sebagai pengingat moral bagi para wakil rakyat agar tidak menutup mata terhadap penderitaan masyarakat. Bagi Frederich, batu itu adalah suara diam rakyat kecil yang menunggu tindakan nyata, bukan janji politik semata.
 
 
 
 
 
