Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Krisis yang Mematikan di RSUD TC. Hillers Maumere: Ketika Ego Mengusir Dokter dan Nyawa Jadi Taruhan

Rabu, 29 Oktober 2025 | Oktober 29, 2025 WIB Last Updated 2025-10-29T09:26:07Z

 


Oleh: Dedi Longga Pareira — Pegiat Sosial di Kabupaten Sikka


Peristiwa tragis akibat ketiadaan dokter anestesi di RSUD TC. Hillers Maumere sebenarnya tidak akan pernah terjadi jika sejak awal pihak manajemen rumah sakit, khususnya Ibu Direktur, mampu menjaga komunikasi yang baik dan menjalin hubungan harmonis dengan para dokter anestesi putra daerah Sikka — dr. Remi dan dr. Evi.


Keduanya adalah dokter asli Sikka yang selama ini dengan penuh dedikasi melayani masyarakat. Namun karena sikap manajemen yang egois dan minim empati, mereka akhirnya memilih pergi. Padahal, dalam kondisi seperti ini, hanya dokter asli daerah yang bisa bertahan di Sikka — mereka yang paham tantangan dan siap mengabdi tanpa pamrih.


Lucunya kita, dulu tidak menerima dokter Remi, tapi sekarang pasien yang dirujuk malah dibawa ke RSUD Ende, tempat dr. Remi bertugas sebagai dokter anestesi. Sebuah ironi yang pahit: kita kehilangan dokter sendiri karena salah kelola, lalu bergantung lagi pada tempat ia kini bekerja.


Sementara itu, RSUD Aeramo Nagekeo masih memiliki dr. Evi sebagai dokter anestesi. Artinya, mereka yang kita abaikan justru kini memberi pelayanan di daerah lain. Ini bukti nyata bahwa masalah utama bukan pada ketersediaan tenaga medis, tetapi pada pola komunikasi dan kepemimpinan yang buruk di manajemen RSUD TC. Hillers.


Kita bisa mendatangkan dokter dari luar Sikka, tapi tidak ada jaminan mereka akan bertahan lama. Tekanan kerja tinggi, fasilitas terbatas, dan hubungan kerja yang tidak sehat membuat siapa pun cepat menyerah. Karena itu, yang dibutuhkan bukan sekadar rekrutmen baru, melainkan perubahan sikap dan manajemen yang lebih rendah hati, terbuka, dan menghargai tenaga medis.


Lebih memprihatinkan lagi, tanpa dokter anestesi, dokter obgyn tidak bisa melakukan operasi sesar atau tindakan bedah apapun. Artinya, pelayanan untuk ibu hamil berisiko, pasien darurat, dan kasus operasi penting terhenti total. Ini bukan lagi krisis tenaga, tapi krisis kemanusiaan yang bisa mematikan.


Saya yakin, jika manajemen RSUD TC. Hillers dan direktur diganti dengan figur baru yang mau merangkul dan membangun kepercayaan, para dokter ahli putra daerah akan kembali mengabdi. Sebenarnya kita sudah tahu akar masalahnya sejak lama, tetapi para pemegang kewenangan seolah masa bodoh.


Krisis dokter anestesi ini bukan datang tiba-tiba, tapi buah dari keangkuhan yang dibiarkan.

Dan kini, yang menanggung akibatnya adalah masyarakat — mereka yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan.