Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Aksi Panas di Sikka! PMKRI dan Petani Moke Lawan Kriminalisasi Tradisi Lokal

Kamis, 06 November 2025 | November 06, 2025 WIB Last Updated 2025-11-06T03:12:10Z

 

PMKRI Maumere bersama petani Sikka turun ke jalan menolak penyitaan moke. Mereka menegaskan moke adalah warisan budaya, bukan barang ilegal.


Maumere,NTT, 6 November 2025 — Suara Rakyat Sikka Bergema. Langit Maumere hari ini dipenuhi semangat perlawanan. Ratusan massa yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Maumere Santo Thomas Morus bersama para petani moke lokal turun ke jalan menolak keras penyitaan moke—minuman tradisional khas Flores yang menjadi simbol budaya masyarakat Sikka.


Aksi yang digelar di bawah terik matahari ini membawa pesan tegas:

“Tolak Penyitaan Moke Petani Lokal! Jangan bunuh budaya kami!”


Moke, Roh yang Mengikat Rakyat Sikka


Bagi masyarakat Sikka, moke bukan sekadar minuman, tetapi bagian dari denyut kehidupan sosial.

Ia hadir dalam setiap upacara adat, pesta panen, hingga ritual syukur keluarga. Di balik tetesannya tersimpan nilai kebersamaan dan gotong royong.


“Moke adalah roh masyarakat Sikka! Ia bukan barang haram, tetapi warisan leluhur yang menyatukan rakyat, ekonomi, dan budaya,” tegas PMKRI dalam pernyataan sikap yang dibacakan di tengah aksi.


Pernyataan ini langsung disambut sorak massa, menandai semangat kolektif mempertahankan jati diri lokal yang mulai terancam oleh penegakan hukum yang tak berpihak pada budaya.


Tiga Titik Aksi, Satu Suara Perlawanan


  • Aksi damai ini berlangsung di tiga titik utama:



Ratusan mahasiswa dan petani terlebih dahulu berkumpul di Marga Juang 94, titik konsolidasi utama sebelum bergerak secara serempak.

Sepanjang jalan, spanduk dan poster bertuliskan “Moke Adalah Warisan, Bukan Barang Haram!” tampak diangkat tinggi-tinggi.


Gerakan Moral: Dari Rakyat untuk Rakyat


PMKRI Maumere menegaskan, gerakan ini bukan bentuk penentangan terhadap hukum, tetapi seruan moral agar pemerintah dan aparat tidak menindas budaya lokal.

Penyitaan moke dianggap sebagai bentuk kriminalisasi terhadap petani kecil, yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil sadapan tuak lontar.


“Petani moke bukan penjahat. Mereka hanya menjaga apa yang dititipkan leluhur,” ujar salah satu orator mahasiswa di depan Kantor DPRD Sikka.


Mereka juga menuntut agar pemerintah daerah segera membuat regulasi perlindungan terhadap produksi moke tradisional, sehingga tidak ada lagi penyitaan dan intimidasi kepada masyarakat.


Lebih dari Sekadar Minuman


Di tengah modernisasi yang melaju cepat, moke tetap menjadi identitas kebanggaan masyarakat Sikka.

Ia bukan hanya simbol ekonomi rakyat, tapi juga representasi dari sejarah, spiritualitas, dan solidaritas sosial.


Moke adalah cerita panjang tentang keringat petani, kebersamaan kampung, dan rasa syukur atas alam yang subur.

Penyitaannya, bagi masyarakat, sama halnya dengan merampas sebagian dari jiwa Sikka itu sendiri.


Aksi hari ini bukan akhir, tapi awal dari gerakan menjaga identitas Sikka.

Moke adalah kami, dan kami adalah moke.

✒️: Albert Cakramento