 |
| Ketua PGRI NTT Sam Haning mendorong lomba suara guru hingga skala nasional. Kupang, 19/11, ajang seni guru jadi langkah memajukan kreativitas pendidik. |
Kupang, NTT, 19/11 — Ketua PGRI Provinsi NTT, Dr. Sam Haning, SH., MH., mengumumkan inisiatif besar: menjadikan lomba ketangkasan suara guru sebagai agenda seni berskala nasional. Langkah ini disampaikan dalam rangkaian peringatan HUT PGRI ke-80 dan HGN ke-31, yang tahun ini berlangsung meriah di Kupang. Keyword: Lomba Suara Guru Skala Nasional.
Sam Haning menegaskan bahwa banyak guru di NTT memiliki kemampuan vokal luar biasa, namun belum memiliki ruang yang cukup untuk tampil dan diapresiasi secara luas.
“Banyak guru kita hebat menyanyi. Kalau kita tidak mendengar suara mereka, kita tidak tahu bahwa guru-guru kita punya suara yang hebat,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya pembinaan yang berkelanjutan.“Tetap melaksanakan latihan yang bagus, tetap memacu diri dalam mengelola suara. Tanpa seni, guru itu bagaikan sayur tanpa garam,” tambahnya.
Menurutnya, lomba ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga proses pemilihan guru-guru terbaik yang nantinya akan tampil pada acara puncak 25 November.
Sam Haning menjelaskan bahwa wacana lomba nasional ini telah ia gagas sejak bulan Mei bersama Ketua Panitia, Ulfianthy M. D. Toelle.
“Saya sudah bilang ke Ibu Ulfy, bulan Mei kita bikin lomba seperti ini dengan standar nasional. Panitia harus disiapkan dengan standar itu,” ujarnya.
Ia optimistis lomba suara guru yang digelar oleh PGRI NTT dapat menarik partisipasi daerah lain, bahkan guru-guru dari pulau Jawa.
Selain itu, PGRI NTT juga akan mengirim dua perwakilan untuk mengikuti kegiatan tarik suara pada tanggal 26 mendatang.
“Kita kirim dua guru—satu Ibu April dan satu guru laki-laki yang sudah terkenal. Mereka akan mewakili kita semua,” jelasnya.
Sam Haning menutup sambutan dengan ajakan agar seluruh guru dan pengurus terus mendukung pengembangan seni dalam tubuh PGRI.
Inisiatif Sam Haning ini membuka jalan bagi guru-guru NTT untuk tampil di panggung nasional. Seni bukan lagi pelengkap, melainkan bagian penting dari jati diri pendidik.
