![]() |
| Frederich Baba Djoedye, pemuda Sikka yang menyebut dirinya utusan Bung Karno, menyerukan kebangkitan pemuda dan revolusi pelayanan publik. |
Maumere,NTT, 12 November 2025 — Dalam semangat memperingati Hari Pahlawan, sosok muda karismatik Frederich Fransiskus Baba Djoedye, Ketua FOKALIS (Forum Pemuda Resah dan Gelisah), tampil dalam aksi solo yang menggugah kesadaran publik di Kabupaten Sikka.
Aksi yang digelar pada Selasa, 11 November 2025 ini bukan sekadar orasi, melainkan panggilan sejarah yang ia sebut sebagai “Utusan Bung Karno”, menyerukan kebangkitan pemuda dan revolusi pelayanan publik di Nian Tana Sikka.
“Kekuatan kami boleh diremehkan, tetapi jiwa pejuang kami tidak bisa dibendung untuk membela kepentingan Marhaen,” tegas Frederich di tengah aksi penuh semangat nasionalisme.
Frederich menjelaskan bahwa dirinya merupakan salah satu dari sepuluh pemuda yang dimaksud Bung Karno dalam pesan simbolik perjuangan generasi muda Indonesia. Menurutnya, sembilan lainnya tersebar di berbagai provinsi Nusantara, sementara ia satu-satunya dari Kabupaten Sikka yang memikul amanat itu.
“Bung Karno pernah menyebutkan sepuluh pemuda yang mampu mengguncang dunia. Saya termasuk di antara sepuluh itu—bukan karena kedudukan, tetapi karena kesadaran untuk melanjutkan api perjuangan. Sembilan lainnya ada di provinsi lain, dan dari Sikka—saya berdiri!” ujarnya penuh keyakinan.
Aksi solo ini juga menjadi bagian dari program FOKALIS, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November. Momentum tersebut digunakan Frederich untuk menyuarakan keresahan rakyat, termasuk persoalan sosial dan pelayanan publik yang selama ini diabaikan.
“Momentum Hari Pahlawan ini kami gunakan untuk menyuarakan keresahan rakyat, termasuk kondisi RSUD Maumere yang kini krisis dokter spesialis. Masyarakat datang dengan harapan besar, tapi mereka butuh tindakan nyata, bukan janji,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa suara rakyat bukanlah gangguan bagi pemerintah, melainkan wujud cinta dan tanggung jawab terhadap negeri. Frederich juga menuntut agar pemerintah daerah dan DPRD Sikka bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat.
“Selama lima tahun rakyat bekerja keras dan membayar pajak. Maka bupati, wakil bupati, dan 35 wakil rakyat yang duduk di kursi empuk itu wajib bekerja untuk rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi,” tegasnya lantang.
Sebagai Ketua FOKALIS, ia menutup aksinya dengan seruan motivatif yang membangkitkan semangat generasi muda:
“Jangan takut berdiri sendiri, karena dari satu nyala kecil bisa menyalakan ribuan cahaya. Dari Resah dan Gelisah untuk Sikka, dari Sikka untuk Indonesia!”
Aksi solo “Utusan Bung Karno” ini bukan sekadar orasi, melainkan manifestasi keberanian seorang pemuda lokal yang membawa pesan universal: bangkit, lawan ketidakadilan, dan berjuang untuk kesejahteraan rakyat.“Sekali Merdeka — Tetap Merdeka! Dari Sikka, suara Bung Karno bergema kembali.”
