![]() |
Nur Asty Astuti Maharani |
Kupang, NTT- 21 Februari 2025 – Kota Kupang saat ini menghadapi masalah kebersihan yang semakin parah. Tumpukan sampah terlihat di hampir setiap kelurahan, menimbulkan bau menyengat, mengundang nyamuk dan lalat, serta menciptakan polusi lingkungan yang mengancam kesehatan warga.
Banyak masyarakat yang merasa kecewa dengan buruknya pengelolaan sampah di Kota Kupang. Sampah yang seharusnya diangkut secara rutin justru dibiarkan menumpuk hingga berminggu-minggu, bahkan ada yang baru diangkut setelah satu hingga dua bulan. Akibatnya, kondisi kota semakin tidak nyaman dan berpotensi menjadi sumber penyakit.
Salah satu warga Kota Kupang, Nur Asty Astuti Maharani, menyampaikan keprihatinannya kepada media ini terhadap kondisi sampah yang semakin mengkhawatirkan. "Kota ini semakin kotor, sampah di mana-mana, dan pengangkutannya sangat lambat. Masyarakat juga tidak mendapatkan sosialisasi yang baik tentang cara membuang sampah dengan benar," ujarnya.
Menurut Nur, banyak warga yang masih membuang sampah sembarangan karena kurangnya edukasi dan perhatian dari pemerintah. Sampah basah dan kering seharusnya dipisahkan dan setiap rumah perlu memiliki kantong sampah yang layak untuk mencegah bau menyengat dan pencemaran lingkungan. Namun, hingga kini, belum ada sosialisasi atau tindakan nyata dari pihak kelurahan maupun dinas terkait.
Lebih lanjut, Nur berharap kepada Bapak Walikota dan Ibu Wakil Walikota Kupang yang baru dilantik pada 20 Februari 2025 untuk memberikan perhatian khusus terhadap kebersihan Kota Kupang. "Kami butuh perubahan nyata. Armada pengangkut sampah harus ditambah, sistem manajemen sampah diperbaiki, dan masyarakat harus diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan. Jangan biarkan Kota Kupang menjadi kota sampah," tegasnya.
Masyarakat berharap pemimpin yang baru bisa segera mengambil langkah tegas dan serius dalam menangani persoalan sampah. Kota Kupang harus menjadi kota yang bersih, sehat, dan nyaman untuk semua warganya. Jangan biarkan masalah sampah terus berlarut hingga merusak citra dan kualitas hidup di Kota Kupang.(kl)