Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Diaspora Rote Ndao: Jangan Bikin Kegaduhan, Simson Polin Bekerja untuk Ronda, Bukan Cari Panggung!

Selasa, 20 Mei 2025 | Mei 20, 2025 WIB Last Updated 2025-05-20T01:59:57Z
Ketua Diaspora Rote dan tokoh masyarakat membantah isu sabotase oleh Simson Polin. Mereka nilai tudingan itu upaya adu domba dan pembunuhan karakter politik.



Kota Kupang,NTT, 20 Mei 2025 – Polemik soal kehadiran Anggota DPRD Provinsi NTT, Simson Polin, dalam sejumlah agenda pemerintahan di Kabupaten Rote Ndao kembali mencuat. Namun kali ini, suara lantang pembelaan datang dari Ketua Diaspora Rote Ndao di Kupang, Alfred Zacharias, yang menilai bahwa narasi negatif terhadap Simson adalah bentuk pembunuhan karakter yang bisa merusak harmoni masyarakat dan menghambat pembangunan daerah.


Melalui telepon dengan media inj, Alfred dengan tegas membantah isu adanya keresahan masyarakat terhadap aktivitas Simson Polin di Ronda.


“Ulasan pengamat tentang masyarakat Ronda yang resah terhadap keterlibatan Pak Simson Polin, perlu diluruskan. Pertanyaannya: masyarakat Ronda yang mana yang resah? Jangan tidak tahu persoalan yang sebenarnya, lalu dari luar daerah membangun narasi-narasi yang bisa menimbulkan perpecahan dalam masyarakat Ronda,” tegas Alfred.


Ia menilai, Simson Polin adalah sosok yang sangat peduli terhadap Rote Ndao. Sebagai anak asli Rote yang berdomisili di daerah, anggota DPRD Provinsi yang sah, sekaligus suami dari Wakil Bupati Rote Ndao, kehadirannya dalam kegiatan pembangunan adalah wajar dan sesuai tanggung jawab.


“Pak Simson itu satu-satunya yang berdomisili di Rote dan sangat peduli terhadap pembangunan Ronda, apalagi dengan tanggung jawabnya sebagai anggota DPRD Provinsi dan suami dari Wakil Bupati. Jadi, salahnya di mana?” tanya Alfred.


Ia menambahkan, bahkan Bupati Rote Ndao, Paulus Henukh, telah menegaskan bahwa tidak ada adu domba atau kegaduhan seperti yang digembar-gemborkan. Ronda dalam keadaan aman dan justru sedang bergerak memacu pembangunan.


Menurut Alfred, yang justru berbahaya adalah narasi-narasi provokatif yang terus dihembuskan dari luar, yang bisa menjerumuskan masyarakat pada konflik internal yang tidak perlu.


“Kolaborasi dalam membangun Ronda itu sangat diperlukan. Oleh karena itu, kami minta agar orang-orang Rote jangan terpancing dan dipermainkan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab dan tidak merasa memiliki daerah ini. Jangan jual harga diri orang Ronda hanya untuk kepentingan orang atau kelompok tertentu,” ujarnya.


Ia juga menyoroti bahwa isu “sabotase” terhadap kegiatan pemerintahan oleh Simson Polin adalah narasi yang disusun secara sistematis dan diulang-ulang untuk membentuk opini negatif di tengah masyarakat.


“Berita tentang adanya sabotase oleh Pak Simson adalah bagian dari skenario yang sengaja disetting berulang-ulang. Sutradaranya adalah ‘Pilatus’, yang karena kepentingan subjektifnya menggunakan tangan orang lain untuk menutupi rasa ketakutannya sendiri terhadap kinerja dan popularitas seseorang,” ungkap Alfred.


Ia menyebut fenomena ini sebagai The Iron of Oligarchy – tangan besi yang tersembunyi dalam kekuasaan. Framing seperti ini, menurutnya, bukan hanya tidak populis, tetapi juga merupakan upaya pembunuhan karakter.


“Tujuannya jelas: membuat masyarakat tidak menyukai yang bersangkutan, memecah relasi antar pimpinan daerah, bahkan bisa menciptakan benturan antara Bupati dan Wakil Bupati – padahal mereka pasangan sah yang memimpin Ronda. Tapi cara seperti ini justru bisa menjadi bumerang,” tegasnya.


Menurutnya, kehadiran Simson Polin dalam berbagai kegiatan pemerintahan bukan inisiatif pribadi, melainkan berdasarkan undangan resmi sebagai mitra pembangunan yang sah.


“Tidak mungkin secara etika pemerintahan Pak Simson hadir tanpa undangan. Kami tidak pada posisi untuk membela siapa pun, tapi sebagai anak Ronda juga bagian dari Diaspora, kami menyerukan kepada semua pihak yang peduli terhadap kemajuan Nusa Fua Funi, Nusa Ndalu Sitak untuk menyikapi persoalan dengan cara yang benar, bijak, santun, dan sejuk,” kata Alfred.


Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat Solidaritas, Soliditas, dan Kolaborasi dalam bingkai Ita Esa, sebagai kekuatan utama membangun Ronda ke depan.


Pernyataan senada juga disampaikan oleh tokoh masyarakat Rote asal Papela, H. Sadili. Ia mempertanyakan motif dari Dr. Aksi Sinurat, seorang dosen di Undana yang bukan orang Rote, namun sangat gencar mengkritik kehadiran Simson Polin di tengah masyarakat.


“Kenapa Dr. Aksi Sinurat, yang bukan orang Rote asli, begitu semangat mengkritik kehadiran Pak Simson yang hanya mendampingi istrinya, Wakil Bupati, dalam acara-acara resmi di desa-desa? Padahal kami masyarakat Rotendao tidak merasa resah atau terganggu,” ujar H. Sadili.


Ia bahkan mencurigai adanya motif tersembunyi di balik kritik tersebut, yang bisa jadi bermuatan politis.


“Apakah tujuannya agar masyarakat Rotendao membenci Pak Simson? Atau ada agenda lain? Jangan lupa, Pak Simson juga dipilih oleh masyarakat Rotendao menjadi anggota DPRD Provinsi NTT, artinya beliau punya tanggung jawab untuk turun dan melihat langsung keadaan di dapilnya,” tegasnya.


H. Sadili menegaskan bahwa kehadiran Simson dalam agenda pemerintahan adalah sah dan tidak menyalahi etika birokrasi.


“Beliau hadir karena diundang. Jadi tidak perlu dibesar-besarkan. Jangan ganggu orang yang sedang bekerja untuk membangun. Kritik itu boleh, tapi jangan dengan cara yang bisa memecah belah,” tegasnya.


Menutup pernyataannya, ia mengajak seluruh masyarakat Rote Ndao untuk tetap bersatu dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang tidak jelas asal usul dan tujuannya.


“Kami ingin Rote Ndao ini maju. Jangan ganggu orang yang sedang bekerja. Mari jaga persatuan kita, dan jangan beri ruang pada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan anak daerah sendiri,” pungkasnya.

(kl)