Maumere, NTT– Proses mediasi antara pihak Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Sikka dengan PT. Onedegreefist Indonesia, perusahaan baru pengganti PT. Karya Cipta Buana Santosa (KCBS), berubah panas dan mencekam. Diduga terjadi intimidasi bahkan ancaman pembunuhan yang dilontarkan langsung oleh Kepala Dinas Nakertrans, Valerianus Samador, dalam forum resmi pada Rabu, 28 Mei 2025.
Direktur PT. Onedegreefist Indonesia, Christina Geor, kepada media ini pada Sabtu malam (31/5/2025), mengaku sangat kecewa dan syok dengan insiden tersebut. Menurut Christina, perusahaan datang dengan itikad baik menyelesaikan masalah gaji dan hak-hak karyawan lama dari KCBS, meskipun bukan tanggung jawab hukum mereka.
> “Pertemuan pertama memang alot karena ada dua orang tak dikenal ikut campur. Mereka mengaku diutus langsung oleh Bupati dan menyampaikan itu perintah. Saya tidak terima karena mereka tidak punya legalitas berada di ruangan,” jelas Christina.
Ia menambahkan, saat pertemuan kedua pada 28 Mei 2025, pemilik perusahaan (owner) baru tiba dari luar daerah dan langsung ikut dalam mediasi. Sayangnya, bukannya mendapatkan penyelesaian, mereka justru merasa diintimidasi.
“Pak Kadis sampai berkata bisa bunuh orang, disumpah di bawah lampu. Dua oknum juga sangat arogan, salah satu terus menunjukkan HP ke Pak Kadis, entah isinya apa. Owner saya sampai shock dan ingin angkat kaki dari Maumere. Investasinya di sini sudah lebih dari Rp20 miliar,” ungkap Christina.
Christina menegaskan bahwa perusahaannya telah menyelesaikan sekitar 70% kewajiban terhadap eks karyawan KCBS dan meminta waktu hingga September untuk menuntaskan sisanya. Namun niat baik tersebut malah dibalas dengan tekanan psikologis yang menurutnya sangat tidak profesional.
“Kami punya etika menyelesaikan yang lama, tapi kami diperlakukan tidak pantas. Kalau iklim investasi seperti ini, siapa pun pasti pikir ulang masuk ke Maumere,” tegasnya.
Kadis Nakertrans Sikka: “Saya Memang Tegas, Tapi Itu Bentuk Kekecewaan”
Di lain pihak, Kadis Nakertrans, Valerianus Samador, saat dikonfirmasi via WhatsApp pada Sabtu, membenarkan bahwa mediasi berjalan alot.
“Memang suasananya panas karena perusahaan sempat bicara ulang soal perjanjian yang sudah ditandatangani. Ini hanya tinggal eksekusi, bukan bahas ulang. Mereka malah ingin bawa ke pengadilan, padahal mediasi sudah final,” ujar Valerianus.
Soal pernyataan bisa membunuh orang, Valerianus tidak membantah.
“Itu ucapan spontan saat saya merasa dilecehkan. Itu bahasa umum saja, bukan ancaman sungguhan,” kilahnya.
Terkait dua orang yang disebut mencurigakan oleh pihak perusahaan, ia menjelaskan:
“Satu itu penerjemah, satu lagi jubir pekerja. Mereka membantu komunikasi saja,” katanya.
Peristiwa ini membuka tabir ketegangan antara pemerintah daerah dan investor, yang berpotensi menurunkan citra Kabupaten Sikka sebagai daerah ramah investasi. Jika benar intimidasi dan ancaman dilontarkan dalam forum mediasi resmi, maka ini bukan hanya pelanggaran etika, tetapi juga bisa berdampak hukum dan politik.
“Jika kejadian ini tak ditindak tegas, bisa-bisa investor lain berpikir dua kali untuk datang ke NTT, khususnya ke Sikka,” komentar salah satu pengamat kebijakan publik di Maumere yang enggan disebutkan namanya.
Kini bola panas ada di tangan Pemkab Sikka dan aparat penegak hukum. Akankah insiden ini didiamkan, atau akan jadi titik balik pembenahan tata kelola hubungan industrial di daerah? Waktu yang akan menjawab.
✏️: AC