Labuan Bajo,NTT, 23 Juli 2025 — Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 di Kabupaten Manggarai Barat berlangsung meriah dan penuh makna dengan mengangkat isu penting: perlindungan anak, stop perkawinan anak, dan rumah sebagai ruang aman. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) dan melibatkan sekitar 200 peserta dari berbagai sekolah, komunitas, dan pemangku kepentingan.
Mengusung tema nasional “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas” dan subtema lokal “Stop Perkawinan Anak, Hentikan Kekerasan Sekarang!”, anak-anak diberi ruang untuk mengekspresikan suara dan kreativitas mereka dalam bentuk seni, deklarasi, film pendek, dan dialog terbuka.
Ketua Forum Anak Manggarai Barat, Juniarto Yutra Saea, menekankan pentingnya momentum ini.
“Kami ingin ruang ini jadi momentum, bukan sekadar seremonial. Anak-anak perlu didengar,” tegasnya.
Film pendek “Telur Setengah Matang” diputar dan menjadi bahan diskusi mendalam tentang kurangnya edukasi seksual dan akses perlindungan hukum bagi korban kekerasan anak dan remaja.
Herdiana Randut dari Komunitas Puan Floresta Bicara menyuarakan pentingnya edukasi menyeluruh hingga ke pelosok desa.
“Kita perlu bicara lebih banyak soal seksualitas, hukum, dan perlindungan. Edukasi harus turun ke desa, bukan hanya berhenti di kota,” katanya.
Ia juga mendorong pemerintah daerah membentuk biro perlindungan anak di sekolah sebagai ruang aman bagi anak untuk menyampaikan keluhan dan masalah.
🔴 Fakta Penting: Kekerasan Anak Meningkat
Kepala Dinsos P3A Manggarai Barat, Marselinus Jebaru, mengungkapkan bahwa kasus kekerasan terhadap anak menunjukkan tren naik. Ia mengajak kolaborasi lintas sektor untuk menanggulanginya.
“Kami butuh kerja sama lintas sektor—dari sekolah, keluarga, P2TP2A, hingga lembaga seperti SSPS JPIC Labuan Bajo,” ujarnya.
🔵 Wakil Bupati: Rumah Harus Jadi Ruang Aman
Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, menegaskan pentingnya peran rumah dan sekolah sebagai pelindung utama anak.
“Rumah bukan sekadar tempat tinggal. Itu harus jadi ruang dialog dan perlindungan utama,” katanya.
Ia juga menyoroti tanggung jawab guru dalam membentuk karakter anak, terutama dalam menghadapi era digital dan penyalahgunaan media sosial.
HAN 2025 di Manggarai Barat bukan sekadar perayaan, tapi juga seruan keras: Stop kawin anak. Lawan kekerasan. Ciptakan rumah dan sekolah yang aman. Dengan komitmen semua pihak, Indonesia Emas 2045 bukan sekadar impian, melainkan masa depan yang bisa dicapai.
✒️: Emiliana Ignapodangsa