Kupang,NTT, 8 Agustus 2025 — Semangat kebangsaan dan visi global bertemu dalam satu panggung di Universitas Persatuan Guru 1945 NTT (UPG 1945 NTT). Anggota DPD RI/MPR RI, Ir. Abraham Paul Liyanto, hadir untuk mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI kepada para mahasiswa dan dosen, sembari mendorong kerja sama strategis antarkampus demi mencetak SDM unggul asal Nusa Tenggara Timur.
Dalam sosialisasinya, Abraham Liyanto mengingatkan pentingnya memahami dan menghidupi 4 Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai fondasi berpikir dan bertindak di tengah era globalisasi yang semakin terbuka.
“Kalau nilai-nilai ini dipegang kuat, kita tidak habis energi mengurusi intoleransi. Kita bisa fokus pada pembangunan SDM dan ekonomi daerah,” tegas Abraham.
Tak sekadar menyampaikan teori kebangsaan, Abraham Liyanto juga mendorong rencana penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara UPG 1945 NTT dan Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang. Ia menilai, kerja sama lintas kampus di NTT harus menjawab kebutuhan riil generasi muda: akses pendidikan berkualitas dan peluang kerja legal ke luar negeri.
“Saya ingin kampus-kampus di NTT jadi pintu masuk legal bagi anak-anak kita ke dunia internasional. Siapkan mereka secara akademik dan keterampilan agar bisa kerja sah di Jepang, Jerman, Belanda, bukan lewat jalur ilegal yang menyengsarakan,” tegasnya.
Program kerja sama itu mencakup pembukaan kelas bahasa asing (Jepang, Inggris, Belanda, Mandarin), pembentukan Migrant Center, hingga penyesuaian kurikulum berbasis pasar global.
Dukungan kuat juga datang dari Ketua BPH PB PGRI NTT, Dr. Sam Haning, SH., MH., yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menegaskan pentingnya keberlanjutan kerja sama kampus. Ia menolak keras jika MoU hanya dijadikan seremonial tanpa aksi nyata.
“Ini luar biasa. Saya minta, kerja sama ini jangan hanya berhenti di MoU. Harus dilanjutkan dengan PKS, lalu implementasi nyata. Harus ada kelas bahasa, pusat migran, dan pendampingan langsung agar anak-anak kita bisa dikirim ke luar negeri secara legal dan profesional,” tegas Sam Haning.
Ia menambahkan, pendidikan tinggi harus hadir sebagai jawaban nyata atas problem pengangguran dan kemiskinan di NTT, bukan hanya menambah gelar tanpa arah.
“Kita tidak bisa lagi biarkan sarjana hanya lulus untuk jadi pengangguran. Dengan kerja sama ini, anak-anak kita bisa kerja di luar negeri dengan harga diri, bukan jadi korban,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Abraham Liyanto juga mengumumkan rencana UCB membuka Fakultas Kedokteran pada Oktober 2025, serta pusat pelatihan bahasa asing terbuka bagi mahasiswa dari seluruh NTT. Ini menjadi bagian integral dari upaya membangun SDM unggul yang bisa bekerja di sektor kesehatan maupun profesional global.
“Bayangkan saat wisuda, langsung ada pengumuman dari Belanda, Jepang, atau Jerman yang butuh tenaga profesional, dan kita sudah siapkan dari sekarang. Bukan lagi mimpi, tapi sistematis,” ujar Abraham.
Kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini tidak hanya jadi ajang edukasi, tetapi juga momentum strategis membangun jembatan antara nilai kebangsaan dengan realita global. Kolaborasi UPG 1945 NTT dan UCB diharapkan membuka jalan baru bagi anak-anak muda NTT untuk meraih masa depan dengan penuh harga diri dan legalitas.
“Kita harus pastikan anak-anak NTT bukan lagi jadi korban. Tapi jadi pionir. Bukan penonton, tapi pelaku. Inilah cara kita buktikan cinta tanah air — dengan mengubah masa depan mereka,” tutup Abraham Liyanto.
✒️: kl