Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Klik! Wali Kota Kupang Janji Dirikan Pusat Layanan Autis: “Bukan Wacana, Tapi Panggilan Nyata!”

Senin, 04 Agustus 2025 | Agustus 04, 2025 WIB Last Updated 2025-08-04T00:48:27Z

 

Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, berkomitmen mendirikan Pusat Layanan Autis. Komitmen itu diumumkan dalam Bimtek Anak Berkebutuhan Khusus di GMIT Paulus Kupang.(📸 Dokumentasi: Dedy Irawan) 


Kota Kupang, NTT — Pemerintah Kota Kupang di bawah kepemimpinan dr. Christian Widodo menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan hak-hak anak berkebutuhan khusus, khususnya anak autis. Dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) bertema Pola Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus di Aula GMIT Paulus Kupang, Sabtu (2/8), Wali Kota menyatakan tekad kuat untuk mendirikan Pusat Layanan Autis pertama di Kota Kupang.


“Saya sudah sampaikan kepada Ibu Aki Kala, silakan buat proposalnya. Kita jalan bersama ke kementerian, kita ketuk satu per satu pintu, untuk anak-anak autis kita. Mereka juga punya hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang,” tegas dr. Christian dalam sambutannya yang mengundang haru ratusan peserta.

 

Komitmen tersebut menandai awal kolaborasi strategis antara gereja dan pemerintah dalam memperluas pelayanan inklusif di Nusa Tenggara Timur. Menurut Wali Kota, inisiatif ini bukan hanya proyek instan, tetapi bentuk tanggung jawab sosial jangka panjang.


“Anak-anak autis bukan hanya tanggung jawab orang tua. Masyarakat juga harus tahu cara menangani tantrum mereka, sama seperti kita diajari bantuan hidup dasar. Ini bentuk tanggung jawab sosial bersama,” tegasnya lagi.

 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Majelis Klasis Kota Kupang, Pdt. Delviana Poyck–Snae, menyambut janji tersebut dengan antusias.


“Saya aminkan sebagai komitmen iman. Gereja siap bergandengan tangan dengan pemerintah untuk mewujudkan fasilitas yang layak bagi saudara-saudara berkebutuhan khusus,” ujarnya penuh semangat.

 

Delviana juga menegaskan bahwa GMIT Paulus adalah satu-satunya jemaat di Kota Kupang yang telah memiliki Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Difabel secara khusus.


“Ini bukan pelayanan karitatif. Gereja tidak boleh hanya memberi belas kasih lewat kata-kata, tapi harus menyediakan ruang nyata agar saudara-saudara difabel menjadi subjek aktif dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat,” tandasnya.

 

Ketua Panitia sekaligus pengurus Badan Hari Raya Gerejawi (BHRG), Aki Kala, mengungkapkan rasa haru atas dukungan langsung dari pemimpin daerah.


“Hari ini kami tidak merasa sendiri. Kami tahu, ada pemimpin yang memberi hati untuk perjuangan kami orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus,” ungkapnya dengan suara bergetar.

 

Bimtek ini merupakan bagian dari rangkaian bulan pendidikan jemaat GMIT Paulus dan diikuti oleh ratusan peserta, mulai dari jemaat, tenaga pendidik, hingga perwakilan instansi pemerintah. Acara tersebut juga menghadirkan psikolog anak sebagai narasumber utama, lengkap dengan praktik langsung penanganan tantrum anak autis dalam konteks pelayanan gereja dan masyarakat.

✒️: Ansel Ladjar/kl