Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Kritik Anggaran 2026, Simson Polin: Dana Samana Santa Hanya Rp100 Juta, Terlalu Kecil!

Kamis, 07 Agustus 2025 | Agustus 07, 2025 WIB Last Updated 2025-08-07T10:04:49Z
Anggota DPRD NTT Fraksi PSI, Simson Polin, kritik tajam alokasi anggaran Samana Santa dalam KUA-PPAS 2026 yang hanya Rp100 juta. Ia minta perhatian serius terhadap kegiatan keagamaan, olahraga, dan aspirasi masyarakat


Kupang, NTT, 7 Agustus 2025 — Rapat Badan Anggaran DPRD Provinsi NTT pada Rabu (6/8) dalam rangka pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) Tahun Anggaran 2026 berlangsung penuh kritik dan masukan konstruktif dari para anggota dewan. 


Salah satu suara yang paling vokal datang dari Simson Polin, Anggota Komisi IV DPRD NTT dari Fraksi PSI, Dapil Kabupaten Kupang, Rote Ndao, dan Sabu Raijua.


Dalam pandangannya, struktur belanja daerah pada tahun 2026 memuat banyak hal menarik, namun ada pula beberapa catatan penting yang perlu menjadi perhatian serius pemerintah, terutama menyangkut belanja modal dan program sosial-keagamaan yang berdampak langsung bagi masyarakat.


Salah satu sorotan utama Simson adalah minimnya alokasi dana untuk kegiatan Samana Santa, sebuah kegiatan keagamaan tahunan yang sangat dikenal dan memiliki dampak sosial-spiritual besar di NTT.


“Saya kaget di sini, kegiatan Samana Santa hanya dialokasikan Rp100 juta. Ini kegiatan keagamaan yang viral dan sangat dinantikan masyarakat. Tolong ini diperhatikan,” tegas Simson dalam rapat.

 

Ia menambahkan bahwa selain Samana Santa, kegiatan lain seperti halal bihalal, penyelenggaraan hari besar keagamaan yang berbasis proposal, serta kegiatan GMIT Center juga layak mendapat dukungan anggaran lebih besar, mengingat manfaat sosial dan nilai kebersamaan yang ditumbuhkan dari kegiatan-kegiatan tersebut.


Simson bahkan mencontohkan bahwa kegiatan seperti gestrek dan pacuan kuda dapat menjadi sarana menurunkan tingkat kecelakaan di kalangan anak muda, karena memberi mereka ruang ekspresi yang positif dan terarah.


“Anak-anak muda sekarang banyak yang kecelakaan karena tidak ada tempat menyalurkan ekspresi. Maka program seperti pacuan kuda dan gestrek resmi sangat penting untuk didukung,” tambahnya.

 

Lebih jauh, ia mengusulkan agar kegiatan budaya dan olahraga lokal seperti pacuan kuda dan gestrek Piala Gubernur diberi ruang lebih besar dalam anggaran. Ia menyebut kegiatan tersebut bukan hanya sebagai hiburan rakyat, tetapi juga mampu menggerakkan UMKM dan ekonomi lokal secara nyata.


“Kemarin saya buat pacuan kuda selama lima hari, dan itu luar biasa dampaknya. UMKM jalan, masyarakat antusias. Tolong itu dianggarkan lebih banyak lagi,” tegasnya.

 

Terkait sektor ekonomi rakyat, Simson mengingatkan bahwa mayoritas masyarakat NTT bekerja sebagai petani, nelayan, dan peternak. Karena itu, ia mendorong peningkatan belanja untuk irigasi, alat pertanian seperti kultivator, dan motor air, yang selama ini masih sulit dijangkau masyarakat karena keterbatasan anggaran.


“Saat reses, masyarakat minta kultivator seharga Rp10 juta, atau motor air, kami tak bisa bantu karena dana pokir minim. Kami minta supaya dana pokir tetap ada, walaupun kecil, agar kami tidak datang ke masyarakat hanya sekadar omon-omon,” ungkapnya.

 

Simson juga menyoroti belanja infrastruktur berkelanjutan, terutama jalan dan jembatan, yang menurutnya harus ditingkatkan. Dalam dokumen anggaran disebutkan hanya Rp298 miliar, mengalami penurunan 25% dari tahun sebelumnya.

“Kalau modal kita justru dikurangi, ini repot. Kita mau bangun tapi malah minus,” katanya.

 

Tak hanya itu, Simson juga mengkritik minimnya alokasi anggaran untuk KONI menjelang PON 2028, di mana KONI hanya mendapatkan Rp300 juta dan cabang olahraga (cabor) hanya Rp2 miliar.


“Dengan anggaran seperti ini, bagaimana atlet kita bisa berkembang dan bersaing? Kita tidak pernah naik level karena pembinaan atlet tidak didukung maksimal,” ujarnya.

 

Selain itu, ia juga mendukung usulan agar pemerintah provinsi melakukan negosiasi ulang bunga pinjaman daerah, yang menurutnya masih bisa ditekan hingga di bawah 6%, bahkan 5%.


“Pak Gubernur kita punya kemampuan untuk itu. Kita bisa negosiasi ulang, supaya biaya bunga tidak terlalu besar membebani belanja,” ujarnya.

 

Simson juga menyuarakan pentingnya pembangunan gedung DPRD NTT, setidaknya mulai dari perencanaan. Ia menyebut kondisi gedung saat ini sering bocor saat hujan dan sudah tak layak.


Menutup intervensinya, Simson menyatakan dukungannya terhadap rekomendasi lima komisi di DPRD dan menekankan agar usulan-usulan riil dari lapangan tidak diabaikan. Ia juga menambahkan agar program beasiswa bagi mahasiswa ditingkatkan sebagai bagian dari investasi jangka panjang daerah.


“Anak-anak muda adalah masa depan. Beasiswa jangan dilupakan. Kalau bisa ditambah, kita sedang menyiapkan generasi masa depan yang unggul,” pungkasnya.

✒️: kl