![]() |
Tokoh NTT di Jakarta, asal Ende |
Oleh Dr. Ir. Karolus Karni Lando, MBA
Tulisan Dr. Andi Yuslim Patawari berjudul “Negara Lagi Lupa Bahwa Perut Nggak Bisa Dibohongi” menurut saya menyentuh inti persoalan bangsa. Negara tidak boleh berhenti pada janji dan pidato. Yang dibutuhkan rakyat sederhana namun mendasar: kepastian hidup layak, harga bahan pokok terjangkau, lapangan kerja nyata, serta kesempatan hidup yang adil.
Jika kita menoleh ke Nusa Tenggara Timur, khususnya Flores, Lembata, dan Alor, apa yang beliau sampaikan bukan sekadar teori, tetapi kenyataan sehari-hari. Harga beras, minyak goreng, dan kebutuhan pokok lain kerap lebih mahal dibanding daerah lain. Sementara lapangan kerja masih sempit. Banyak anak muda akhirnya terpaksa merantau ke luar daerah, bahkan ke luar negeri, karena di tanah sendiri tak tersedia cukup ruang untuk bertumbuh.
UMKM yang semestinya menjadi penopang ekonomi rakyat kecil masih berjalan di tempat. Kendalanya jelas: akses modal, teknologi, dan pasar yang terbatas. Padahal, potensi lokal begitu besar—pertanian, perikanan, hingga pariwisata. Semua itu bisa menjadi penggerak ekonomi daerah bila pemerintah sungguh-sungguh memberdayakannya. Sayangnya, kebijakan yang lahir lebih sering menguntungkan investor besar, sementara rakyat kecil dibiarkan bertarung sendirian.
Ketimpangan akses juga masih terasa di desa-desa. Anak-anak harus berjalan jauh untuk bisa bersekolah. Para ibu kesulitan memperoleh layanan kesehatan yang layak. Petani dan nelayan kalah bersaing karena infrastruktur minim dan dukungan hampir tidak ada. Keresahan rakyat semakin dalam bukan karena mereka ingin merusak, melainkan karena lapar, cemas akan masa depan anak-anaknya, dan merasa diabaikan negara.
Karena itu, saya sepenuhnya mendukung tawaran solusi Dr. Andi Yuslim Patawari: menciptakan lapangan kerja yang bermartabat, membangun iklim investasi yang sehat, memberdayakan UMKM sebagai powerbank ekonomi rakyat, dan mengurangi ketimpangan akses. Inilah jalan paling tepat agar Flores, Lembata, dan Alor bangkit dari ketertinggalan.
Keadilan sosial bukan sekadar kalimat indah dalam Pancasila. Keadilan sosial adalah mandat konstitusi yang wajib diwujudkan. Pemikiran Dr. Andi Yuslim Patawari sejalan dengan kerinduan masyarakat NTT—khususnya Flores, Lembata, dan Alor—untuk melihat Indonesia yang lebih adil, lebih manusiawi, dan sungguh berpihak pada rakyat kecil.
Salam Persatuan Indonesia.