![]() |
| Wali Kota Kupang dr. Christian Widodo paparkan strategi kreatif menata ruang terbuka hijau menuju Kota Hijau yang sejuk, sehat, dan berkelanjutan. |
Adv
Kupang, NTT —Langit Kupang yang biru dan angin kering khas Nusa Tenggara kini perlahan menyimpan harapan baru: hadirnya ruang terbuka hijau yang hidup di setiap sudut kota. Di bawah kepemimpinan Wali Kota dr. Christian Widodo, Pemerintah Kota Kupang melangkah pasti mewujudkan visi besar: Kota Hijau, Bersih, dan Inspiratif.
“Visi kita jelas, ruang terbuka hijau harus sampai 20 persen. Itu target sekaligus amanat undang-undang. Kami bergerak bertahap, menyesuaikan dengan kemampuan anggaran, tapi semangatnya tidak surut,” ujar dr. Christian saat ditemui di sela agenda kerja di Balai Kota.
Kota Kupang telah dikenal dengan ikon lamanya, Taman Nostalgia, yang menjadi jantung rekreasi warga. Namun, di tangan Wali Kota dr. Christian Widodo, wajah kota ini tidak berhenti pada nostalgia masa lalu. Kini, Pemkot Kupang tengah menyiapkan lompatan baru — pemerataan ruang terbuka hijau hingga ke kawasan pinggiran.
“Sekarang taman nostalgia sudah bagus, tapi kita tak boleh berhenti di situ. Kita akan kembangkan taman-taman lain seperti Taman TAGePe, Alun-Alun, dan juga bergerak ke arah pinggiran seperti NBS dan Kolam Air Nona,” jelasnya penuh semangat.
Langkah ini menjadi simbol pemerataan pembangunan: tidak lagi berpusat di tengah kota, melainkan menjangkau seluruh lapisan warga — dari pesisir hingga perbukitan.
Meski dihadapkan pada kenyataan anggaran yang terbatas, dr. Christian Widodo menolak untuk menyerah. Ia menyebut tahun 2026 sebagai momentum penting memperbanyak taman kota dan memperluas area hijau.
“Kita tahu sendiri, tahun ini transfer ke daerah (TKD) dipotong hingga Rp204 miliar. Tapi kita tidak patah semangat. Walau bertahap, kita yakin dalam lima tahun ke depan bisa mencapai target 20 persen,” ujarnya optimistis.
Dalam keterbatasan fiskal, kreativitas menjadi modal utama. Pemerintah Kota Kupang terus membuka ruang kolaborasi, menggandeng sektor swasta lewat program CSR, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang asri.
“Kalau soal lahan, kita masih punya banyak lahan kosong. Tapi untuk memanfaatkannya, kita butuh dana. Karena itu, kami akan dorong CSR untuk bantu membangun taman-taman dan fasilitas publik hijau,” tambahnya.
dr. Christian menyadari, keberlanjutan ruang terbuka hijau tak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Kesadaran warga menjadi pondasi utama. Ia mengajak masyarakat Kupang untuk memulai dari rumah sendiri — menghadirkan taman, halaman, atau kebun kecil di lingkungan masing-masing.
“Kalau setiap warga punya taman kecil di depan atau belakang rumah, seperti di kota besar, itu sudah jadi kontribusi nyata. Ruang hijau kota bisa tumbuh pelan-pelan dari kesadaran bersama,” tuturnya.
Baginya, taman bukan sekadar dekorasi, tetapi ruang sosial dan ekologis yang menumbuhkan interaksi, rasa memiliki, dan kepedulian lingkungan.
Dengan visi yang kuat dan strategi yang berkelanjutan, Kupang kini bersiap menuju era baru: Kota Hijau yang hidup, teduh, dan inspiratif. Program “Kupang Go Green 2026” menjadi simbol semangat baru — bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, melainkan titik awal menuju kreativitas tanpa batas.
“Kita tidak sekadar menanam pohon, tapi menanam kesadaran. Kota yang hijau bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi kita semua,” tegas Wali Kota dr. Christian Widodo menutup dengan senyum optimis.
Kota Kupang kini menapaki jalan hijau menuju masa depan: ruang terbuka yang hidup, taman-taman yang berdenyut, dan warga yang tumbuh bersama alam. Inilah wajah baru Kupang — Kota yang Teduh, Sehat, dan Inspiratif.
✒️: kl
