Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Kepala Sekolah SMKN 6 Kupang Tunjukkan Integritas dan Transparansi dalam Kelola Dana IPP

Rabu, 12 November 2025 | November 12, 2025 WIB Last Updated 2025-11-12T13:46:10Z

 

Kepala SMKN 6 Kupang Asa Lahtang tunjukkan transparansi dana IPP dan integritas tinggi dalam membangun sekolah yang maju dan dipercaya masyarakat.


Kupang,NTT, 12 November 2025 — Tidak banyak kepala sekolah yang bisa menjadi contoh nyata dalam hal integritas dan transparansi pengelolaan dana pendidikan. Namun hal itu berbeda di SMKN 6 Kupang. Sosok Asa Lahtang, S.Pd., M.Pd, kepala sekolah yang dikenal sederhana dan penuh dedikasi ini, membuktikan bahwa kejujuran dan keterbukaan dapat menjadi dasar perubahan besar di sekolah.


Setiap kali berkunjung ke SMKN 6 Kupang, tampak selalu ada perubahan baru. Lingkungan sekolah lebih tertata, kegiatan belajar semakin aktif, dan fasilitas penunjang terus bertambah. Semua itu bukan hasil dari proyek besar atau bantuan khusus, melainkan buah dari pengelolaan Dana IPP (Iuran Pembinaan Pendidikan) yang dilakukan secara transparan, disiplin, dan bertanggung jawab.


“Dana IPP digunakan sesuai rencana anggaran yang sudah disepakati bersama tim anggaran. Tidak ada yang keluar dari jalur itu,” jelas Asa Lahtang.

“Semuanya disusun oleh tim anggaran, dan kepala sekolah sebagai pengguna anggaran hanya mengatur alokasi sesuai Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS).”


Menurut Asa, pelaporan keuangan kepada orang tua bukan sekadar laporan administratif yang berisi angka-angka penerimaan dan pengeluaran. Baginya, laporan terbaik adalah bukti nyata dari hasil pembangunan dan perubahan di sekolah.


“Laporan kepada orang tua bukan hanya administrasi. Yang terpenting adalah hasilnya—apa yang dibangun, apa yang berubah. Kalau orang tua melihat ada perubahan nyata, mereka puas dan percaya bahwa uang yang mereka serahkan digunakan dengan baik,” ujarnya.


Dalam pengelolaan keuangan, Asa menerapkan prinsip efisiensi dengan menghitung secara rinci jumlah siswa dan estimasi penerimaan bulanan. Ia bahkan menyiapkan “angka error” sekitar 15% sebagai antisipasi bagi siswa yang tidak mampu atau dibebaskan dari pembayaran IPP.
Setiap program yang dijalankan selalu memiliki dasar anggaran yang jelas. “Program tanpa anggaran tidak akan jalan,” tegasnya.


SMKN 6 Kupang juga dikenal karena sistem pengelolaan anggaran yang sangat terbuka. Asa menyebut bahwa semua dokumen RAPBS tersimpan dalam Google Drive yang bisa diakses oleh seluruh tim manajemen sekolah.


“Semua bisa lihat, siapa saja di manajemen bisa akses. Kalau ada perubahan atau pengalihan anggaran, saya sampaikan langsung,” katanya.


Salah satu contoh transparansi nyata adalah ketika sekolah membeli 10 unit komputer menggunakan dana IPP.“


Kami anggarkan 100 juta. Tapi saat pembelian, kami dapat diskon dan hanya habis 85 juta. Ada sisa 15 juta, dan itu saya sampaikan ke grup WA tim bahwa sisa dana digunakan untuk pembangunan laboratorium,” terang Asa.


Ia menolak keras memanfaatkan kelebihan dana tersebut untuk kepentingan pribadi.“Integritas itu penting. Saya berdosa kalau uang orang tua yang dikumpulkan dengan susah payah dipakai tidak sesuai tujuan. Saya hanya mengambil yang saya tanda tangani, tidak lebih,” ujarnya tegas.


Komitmen ini bahkan menjadi janji pribadi, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga kepada keluarga. “Sejak jadi kepala sekolah, saya komitmen hanya ambil sesuai tanda tangan saya. Itu janji saya dengan diri sendiri, istri, dan anak-anak.”


Dengan sistem pengelolaan seperti ini, SMKN 6 Kupang kini menjadi salah satu sekolah yang dianggap layak dicontoh di Nusa Tenggara Timur (NTT). Semua program dan kegiatan berjalan optimal, namun tetap menyisakan saldo anggaran.


Sebagai bentuk apresiasi, Asa bahkan memberikan piagam penghargaan kepada bendahara IPP yang berhasil mengelola dana secara tertib dan efektif. Penghargaan itu diserahkan saat upacara peringatan HUT RI sebagai bentuk penghormatan atas kerja jujur dan profesional.


“Bendahara kami mampu mengeksekusi perintah kepala sekolah dengan baik, menolak penggunaan dana yang tidak sesuai, dan tetap menghasilkan program yang sukses. Itu luar biasa,” tutur Asa.


Melalui semangat keterbukaan dan akuntabilitas ini, Asa berharap seluruh sekolah di NTT dapat meniru prinsip yang sama.

.

“Transparansi bukan hanya kewajiban administratif, tapi bentuk tanggung jawab moral kepada orang tua dan masyarakat,” katanya menutup wawancara.


Langkah kecil menuju kejujuran bisa membawa perubahan besar bagi dunia pendidikan. Apa yang dilakukan Asa Lahtang membuktikan bahwa kepemimpinan yang sederhana, jujur, dan transparan dapat menumbuhkan kepercayaan, semangat, dan kemajuan nyata bagi sekolah.

✒️: kl