![]() |
| CERAH Kupang hadir sebagai solusi air bersih berbasis komunitas, melibatkan perempuan, pemuda, disabilitas, dan adat untuk ketahanan iklim. |
Kota Kupang, NTT, 4/12 —Program CERAH Kupang resmi diluncurkan sebagai solusi air bersih berbasis komunitas, mempertemukan kolaborasi antara Pemerintah Kota Kupang, Plan Indonesia, organisasi disabilitas, komunitas adat, kelompok pemuda, dan berbagai instansi lingkungan. Peluncuran ini diwarnai sambutan penuh makna dari Samuel Apsalon Niap, Area Program Manager NTT Plan Indonesia, yang menegaskan bahwa CERAH Kupang merupakan program strategis untuk menjawab tantangan air bersih dan ketahanan iklim.
Samuel mengawali sambutannya dengan menyampaikan syukur dan apresiasi kepada seluruh mitra, termasuk Wali Kota Kupang, jajaran pemerintah, tim 11, serta komunitas yang selama ini telah bekerja keras menjalankan aktivitas awal yang memungkinkan kegiatan kick-off hari ini berlangsung dengan baik.
Dalam refleksinya, Samuel menjelaskan perjalanan kolaboratif Plan Indonesia dan Pemkot Kupang pada 2023–2024 melalui Project WASH Ketahanan Iklim. Program tersebut melibatkan lima hingga tujuh kelurahan dan Perumda Air Minum Kota Kupang.
Capaian pentingnya adalah lahirnya Dokumen RPAM (Rencana Pengamanan Air Minum) — dokumen pertama di seluruh NTT yang menjadi pedoman menyeluruh dalam menjaga kualitas air minum:
“RPAM ini membantu Perumda Air Minum memastikan strategi dari sumber hingga ke konsumen, demi menjamin kapasitas dan kualitas air minum masyarakat Kupang.”
Selain itu, Plan Indonesia aktif mendukung penanganan sampah sebagai prioritas Wali Kota Kupang. Dalam dua tahun, kolaborasi ini menghasilkan: 7 Bank Sampah Unit di kelurahan,198 rumah tangga terlibat, lebih dari 15.000 ton sampah plastik berhasil dikurangi, nilai ekonomi Rp19 juta lebih dari hasil penjualan sampah rumah tangga.
Capaian ini menjadi pijakan kuat untuk melanjutkan transformasi lingkungan melalui CERAH Kupang.
Dalam film pendek CERAH, ditampilkan situasi kritis yang dihadapi Kota Kupang: debit air menurun hingga 70% pada musim kemarau, peningkatan jumlah penduduk, kebocoran infrastruktur pipa, tumpukan sampah di dua DAS besar: Kali Dendeng dan Kali Liliba, temuan kandungan E.coli tinggi pada sumber air minum sebelum proses penjernihan.
Samuel menegaskan bahwa pembangunan yang terjadi—baik komersil maupun perumahan—tidak diiringi dengan sistem infiltrasi air yang memadai. Akibatnya, kota seperti menciptakan kerentanan masa depan terhadap penurunan air tanah.
Sebagai solusi, Program CERAH Kupang memastikan bahwa kelompok rentan bukan hanya penerima manfaat, tetapi subjek utama dalam perencanaan dan pengelolaan air bersih:
perempuan melalui Tim Penggerak PKK, kaum muda, penyandang disabilitas, komunitas adat Helong, organisasi lokal peduli air dan lingkungan.
“Semua pihak harus terlibat dari hulu hingga hilir agar pengelolaan sumber daya air menjadi kuat dan berkelanjutan,” ujar Samuel.
Program CERAH Kupang akan berjalan selama 2025–2028, kembali didukung pendanaan dari Pemerintah Australia (DFAT). Fokus kegiatan diarahkan pada upaya penguatan ketahanan komunitas di dua DAS utama:
- Kali Dendeng
- Kali Liliba
CERAH juga menargetkan terbentuknya Forum Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, sebagai wadah perencanaan berbasis data untuk memastikan integrasi kebijakan yang lebih efektif.
Mengakhiri sambutannya, Samuel menyampaikan harapan besar: “Dalam tiga tahun ke depan, kita berharap memiliki masa depan air bersih yang lebih cerah, sesuai nama programnya: CERAH – Cerdas Kelola Lahan dan Air untuk Keberlanjutan. Kiranya Tuhan yang Maha Kuasa memberkati kita semua.”
CERAH Kupang menjadi titik awal perubahan besar dalam pengelolaan air bersih berbasis komunitas.
