Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Lumpuh Setelah Dirawat: Jeritan Keadilan Theresia Siul dari NTT di Balik Dinding RSCM

Jumat, 13 Juni 2025 | Juni 13, 2025 WIB Last Updated 2025-06-13T02:52:29Z

 

Theresia Siul asal NTT diduga jadi korban malpraktik di RSCM. Lumpuh total usai dirawat, keluarga menuntut keadilan dan reformasi sistem layanan BPJS. (📷: istimewa) 



Jakarta, 11 Juni 2025 – Impian Theresia Siul (24), perempuan muda asal Nusa Tenggara Timur, berubah menjadi penderitaan tak berujung. Harapannya untuk sembuh sirna setelah menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, yang justru membuatnya lumpuh dan penuh luka fisik maupun batin.


Kisah tragis ini bermula ketika Theresia dirujuk ke RSCM dari RS Siloam Labuan Bajo pada 18 Maret 2025. Saat itu, ia masih dapat berjalan meski menderita keluhan berat pada dada dan paru. Tapi setelah lebih dari dua bulan dalam penanganan medis, kondisi tubuhnya justru memburuk secara drastis.


Pihak keluarga menyebut adanya dugaan kuat kelalaian medis dan diskriminasi terhadap pasien BPJS. Sejumlah prosedur vital, seperti CT Scan dan biopsi, ditunda tanpa alasan jelas. Bahkan operasi yang dijalankan membuat Theresia lumpuh dan tak lagi bisa mengangkat tubuhnya sendiri.


"Kami sangat terpukul. Anak kami datang ke RSCM dengan berjalan sendiri, kini ia hanya bisa terbaring tak berdaya dengan luka membusuk di tubuhnya," ujar Since Ganggur, tantenya, penuh pilu.


Sejumlah tindakan medis disebut dilakukan tanpa penjelasan risiko, dan komunikasi antara dokter dan keluarga dinilai minim. Pelayanan buruk juga dirasakan saat Theresia harus tidur di lantai rumah sakit hanya demi proses verifikasi sidik jari.


Keluhan soal perlakuan pasien BPJS yang dinilai tidak manusiawi juga mencuat. Menurut keluarga, pelayanan menjadi lebih cepat setelah mereka beralih ke jalur umum dan membayar sendiri biaya CT Scan sebesar lebih dari Rp 4 juta.


"Saat kami memakai BPJS, prosedur selalu ditunda. Tapi ketika kami bayar sendiri, semua langsung tersedia esok harinya. Ini bentuk nyata diskriminasi sistemik," jelas Since.


Keluhan tak berhenti di situ. Seorang petugas medis bahkan sempat melontarkan kalimat menyakitkan saat keluarga protes keterlambatan pelayanan: “Kalau memang sudah ajal, ya mau diapakan.”


Puncak penderitaan terjadi setelah operasi bedah saraf pada 30 April 2025. Theresia, yang sebelumnya bisa berjalan, pulang pada 4 Mei dalam kondisi lumpuh, memakai kateter, dan luka di bagian bokong mulai menganga. Tidak ada petunjuk atau edukasi perawatan luka yang diberikan pihak rumah sakit.


Theresia kembali ke IGD pada 11 Mei karena kesakitan, namun disuruh pulang malam itu juga. Beberapa hari kemudian, ia harus datang lagi ke RSCM dalam keadaan lemah hanya untuk verifikasi administrasi—dan terpaksa tidur di lantai karena tidak disediakan ranjang dorong.


Rangkaian kejadian itu membuat keluarga memutuskan memindahkannya ke RSPAD Gatot Subroto pada 7 Juni. Mereka tak lagi menggunakan BPJS karena sudah kehilangan kepercayaan pada sistem yang selama ini diandalkan masyarakat kecil.


Tuntutan dan Seruan Keadilan


Keluarga Theresia kini menuntut keadilan. Mereka menegaskan bahwa kasus ini bukan sekadar kesalahan prosedural, tapi bentuk kelalaian yang berdampak permanen pada kualitas hidup seorang manusia muda.


Melalui kuasa hukum Chandra Goba, keluarga menuntut enam hal utama: pembentukan tim investigasi independen, audit keputusan medis, sanksi terhadap pihak yang lalai, kompensasi finansial, permintaan maaf terbuka, serta reformasi layanan BPJS di RSCM.


"Pasien datang dalam keadaan bisa berjalan, tapi pulang dalam kondisi lumpuh total. Ini tak bisa dibiarkan. RSCM harus bertanggung jawab, termasuk menanggung semua biaya pengobatan lanjutan," tegas Chandra.


Ia menekankan, kasus ini bukan untuk menyalahkan, tetapi demi memperjuangkan hak pasien dan mencegah agar tragedi serupa tak menimpa orang lain.


"Rumah sakit seharusnya jadi tempat penyembuhan, bukan sumber penderitaan. Kami hanya menuntut keadilan untuk Theresia dan semua pasien tak bersuara lainnya," pungkasnya.

✏️: ***