Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Trauma Makan Siang Gratis, Sejumlah Siswa SMPN 5 Tolak Makanan Usai Insiden SMPN 8

Rabu, 23 Juli 2025 | Juli 23, 2025 WIB Last Updated 2025-07-23T04:28:05Z

 

Pasca dugaan keracunan makanan di SMPN 8 Kupang, siswa SMPN 5 menolak makan siang gratis yang disediakan pemerintah. Dinas Pendidikan minta semua pihak tidak buru-buru menyimpulkan.


Kota Kupang,NTT, 23 Juli 2025Dampak insiden dugaan keracunan makanan di SMPN 8 Kota Kupang mulai merembet ke sekolah lain. Di SMPN 5 Kota Kupang, sejumlah siswa dan orang tua menolak anak-anak mereka mengonsumsi makan siang bergizi gratis (MBG) yang disediakan pemerintah, karena trauma dengan kejadian yang terjadi sehari sebelumnya.


Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Dumuliahi Djami, mengonfirmasi bahwa penolakan itu terjadi sejak Selasa pagi. Pihak sekolah menyampaikan bahwa siswa merasa takut dan memilih membawa bekal dari rumah.


“Sejak kejadian kemarin, SMPN 5 mulai menolak makan siang gratis. Mereka bilang trauma dan lebih baik makan di rumah. Ini langsung disampaikan guru dan orang tua siswa,” ujar Dumuliahi di ruang kerjanya, Selasa siang.


Respons Dinas Pendidikan: Jangan Ambil Kesimpulan Dulu


Dumuliahi menegaskan bahwa belum ada bukti kuat yang menyatakan bahwa makanan MBG adalah penyebab keracunan di SMPN 8. Dari data terakhir, sebanyak 106 siswa dari total lebih dari 1.000 siswa SMPN 8 mengalami gejala mual, muntah, dan diare, namun penyebab pastinya masih menunggu hasil investigasi dari Balai POM dan Dinas Kesehatan.

 

“Kalau semua makan makanan yang sama, tapi hanya sebagian kecil yang terdampak, maka kita tidak bisa langsung menyimpulkan. Harus menunggu hasil laboratorium,” jelasnya.


Pihak Dinas juga mengakui adanya kekeliruan informasi awal soal jumlah siswa terdampak. Kini mereka merujuk pada data resmi dari rumah sakit dan sekolah.


Langkah Antisipatif: Sampel Makanan & Koordinasi Ulang


Dinas Pendidikan Kota Kupang kini memperkuat pengawasan dan pengambilan sampel makanan secara rutin minimal dua kali sehari dari pihak pengelola dapur. Ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan pengujian awal sebelum makanan disajikan kepada siswa.

 

“Kami sarankan agar makanan dicicipi dulu oleh guru atau kepala sekolah sebelum dibagikan. Kita perlu langkah konkret agar kepercayaan masyarakat tidak hilang,” katanya.


Imbauan ke Masyarakat


Dumuliahi mengimbau masyarakat, orang tua siswa, dan media agar tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi. Pemerintah, katanya, telah mengambil langkah cepat sejak hari pertama insiden dan akan terus transparan soal hasil penyelidikan.

 

“Kami semua ingin anak-anak sehat dan aman. Tapi kita juga tidak bisa langsung menyalahkan makanan gratis tanpa dasar. Jadi mari kita tenang dan tunggu hasil resmi,” tutupnya.

✒️:kl