![]() |
| Kupang NTT menjadi lokasi perayaan HUT PGRI & Hari Guru Nasional yang dihadiri Gubernur Melki Laka Lena, menegaskan sejarah perjuangan guru bagi bangsa. |
Kupang, NTT — HUT PGRI k & Hari Guru Nasional, Melki Laka Lena Sentuh Soal Sejarah Perjuangan Guru menjadi pusat perhatian dalam perayaan tanggal 27 November 2025. Dalam kesempatan penuh haru dan kebanggaan tersebut, Gubernur NTT Melki Laka Lena menyampaikan bahwa Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk pertama kali menghadiri Hari Ulang Tahun ke-80 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sekaligus Hari Guru Nasional ke-31.
Dalam pidatonya, Melki menegaskan bahwa usia PGRI sama tuanya dengan Republik Indonesia sendiri, sehingga wajar jika peran PGRI dalam sejarah perjuangan bangsa sangat besar. “PGRI sejak awal bukan hanya organisasi profesi, tetapi organisasi perjuangan. Guru terlibat dalam perjuangan sebelum Indonesia merdeka,” ujarnya. Menurut Melki, hal ini menjadikan profesi guru memiliki kelas dan martabat yang berbeda karena keberadaan mereka menyatu dengan sejarah Republik.
Gubernur juga menyinggung alasan digesernya jadwal perayaan di NTT dua hari dari hari besar nasional, karena pada 25 November 2025 dirinya bersama dua gubernur lainnya menandatangani kerja sama tiga provinsi di Mandalika, Mataram. Ia memberikan apresiasi kepada jajaran PGRI NTT yang responsif dan fleksibel dalam kolaborasi tersebut.
Di hadapan ribuan guru yang memadati lokasi perayaan di Kupang, Melki Laka Lena menyampaikan terima kasih atas pengabdian tanpa lelah para pendidik untuk bangsa. Ia memaparkan bahwa hampir 50% anggaran Provinsi NTT dialokasikan untuk sektor pendidikan, jauh melampaui batas minimal 20%. “Anggaran provinsi sekitar 5,6 triliun. Hampir setengahnya kita pakai untuk pendidikan. Dan itu pun masih terasa kurang dibanding jasa para guru,” tegasnya.
Selain kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung, Gubernur mengajak guru memperkuat pendidikan moral dan karakter anak di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Ia juga mendorong agar sekolah menciptakan generasi wirausaha melalui program One School One Product (OSOP). Menurutnya, jika sekolah dan desa dapat menghasilkan produk sendiri, perputaran uang akan tetap berada di wilayah NTT dan tidak keluar ke daerah lain.
Pada momen tersebut, Melki mengingatkan kembali sejarah panjang kontribusi guru dari NTT bagi Indonesia. Ia menyebut bahwa sejak 1903 banyak guru dari Rote telah mengabdi sebagai pendidik di Papua hingga ke Merauke. “Apa yang dilakukan guru-guru saat ini adalah melanjutkan perjuangan para pendahulu. PGRI selalu menjadi ujung tombak Republik, bukan hanya di bidang pendidikan, tetapi juga dalam perjalanan bangsa,” tambahnya.
Suasana perayaan di Kupang semakin haru ketika Gubernur menutup dengan pesan moral penuh penghormatan bagi profesi pendidik. “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dan sejarah telah membuktikan itu,” tutupnya disambut tepuk tangan meriah dari seluruh peserta upacara.
✒️; kl
