Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Ketika Hukum Jadi Tameng Kekuasaan, Rakyat Turun Ke Jalan! — GMNI Sikka & BEM IFTK Ledalero Tolak Penutupan Pasar Wuring, Kecam Arogansi Bupati Sikka

Senin, 03 November 2025 | November 03, 2025 WIB Last Updated 2025-11-03T10:15:18Z

 

GMNI Sikka dan BEM IFTK Ledalero menolak penutupan Pasar Wuring, menuding Bupati Sikka arogan dan menggunakan hukum sebagai tameng kekuasaan.


Maumere, NTT, 3 November 2025Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sikka bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero) menegaskan penolakan keras terhadap penutupan Pasar Wuring yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sikka.
Mereka menilai, Bupati Sikka menunjukkan sikap arogan dan tidak beritikad baik dalam menanggapi aspirasi rakyat kecil.


Dalam audiensi bersama massa aksi, Bupati disebut berkelit dengan alasan hukum, berdalih bahwa perkara Pasar Wuring masih berproses di Mahkamah Agung (MA).
Padahal, perkara tersebut masih berada pada tahap Peninjauan Kembali (PK) dan belum berkekuatan hukum tetap (inkracht). Oleh karena itu, tindakan penutupan, intimidasi, dan pembatasan aktivitas pedagang dinilai cacat hukum dan bentuk kesewenang-wenangan kekuasaan.


“Bupati terlalu arogan dan hanya bersembunyi di balik hukum. Kami tegaskan, sebelum putusan PK keluar, tidak boleh ada tindakan apapun terhadap pedagang. Jangan klaim menang sebelum keputusan final,”— tegas perwakilan BEM IFTK Ledalero usai audiensi.


Pernyataan Sikap Bersama GMNI & BEM IFTK Ledalero

  1. Menolak tegas penutupan Pasar Wuring, karena kebijakan tersebut menindas pedagang kecil dan melanggar prinsip keadilan sosial.
  2. Menuntut Pemkab Sikka menghentikan intimidasi dan diskriminasi terhadap pedagang Pasar Wuring hingga ada putusan hukum final dari MA.
  3. Menegaskan perkara Pasar Wuring masih dalam proses Peninjauan Kembali (PK), sehingga tidak ada dasar hukum untuk tindakan sepihak.
  4. Mengecam keras arogansi Bupati Sikka yang menggunakan hukum sebagai tameng untuk menutupi kegagalan dalam mendengar suara rakyat kecil.
  5. Menuntut Bupati Sikka menepati janji menghadirkan tenaga anestesi dan memperbaiki pelayanan kesehatan di Pasar Kirles, dalam waktu satu minggu sejak audiensi terakhir.


Aksi Lanjutan Akan Lebih Besar


Aliansi mahasiswa menegaskan, perjuangan ini tidak akan berhenti di meja audiensi.
Apabila tidak ada tanggapan konkret dari pemerintah, aksi lanjutan dengan massa yang lebih besar akan digelar di seluruh wilayah Kabupaten Sikka.


“Bila Bupati tetap arogan dan menutup mata terhadap jeritan rakyat, kami akan turun dengan kekuatan yang lebih besar. Ini baru awal. Kami tidak akan mundur sebelum keadilan berpihak pada rakyat kecil,”— tegas perwakilan GMNI Cabang Sikka.


Gerakan ini disebut bukan semata tentang Pasar Wuring, melainkan tentang keberanian rakyat mempertahankan martabat dan hak hidupnya.


“Keadilan tidak lahir dari ruang elit, tetapi dari keberanian rakyat yang bersatu. Kami akan terus bersuara sampai Pasar Wuring bebas dari ketidakadilan,”— pungkas pernyataan bersama aliansi mahasiswa itu.

✒️: Albert Cakramento