![]() |
| Program CERAH Kupang diluncurkan untuk memperkuat ketahanan air dan lahan berbasis komunitas, melibatkan perempuan, pemuda, dan disabilitas. |
Kota Kupang,NTT, 4/12 —Peluncuran Program CERAH Kupang menjadi momentum penting bagi Pemerintah Kota Kupang dan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dalam memperkuat ketahanan iklim, khususnya melalui pengelolaan air dan lahan yang lebih inklusif. Program ini didukung pendanaan ANCP–DFAT Australia dan akan berlangsung selama tiga tahun, mulai Juli 2025 hingga Juni 2028, menjangkau lebih dari 350 ribu individu di wilayah rawan kekeringan dan degradasi lingkungan di Kota Kupang dan Kabupaten Sumbawa.
Dalam sambutannya, Wali Kota Kupang dr. Christian Widodo menegaskan bahwa tantangan perubahan iklim, seperti minimnya air bersih dan kerusakan lahan, kini semakin nyata. Ia membuka pidatonya dengan mengaitkan kondisi Kupang dengan bencana ekologis yang terjadi di Sumatera, sebagai pengingat bahwa masalah lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Dalam sambutan, Christian Widodo menyampaikan bahwa program seperti CERAH adalah langkah penting untuk menjaga kelestarian ekologis di NTT.
“Saya sebenarnya hari ini juga ada acara wisuda di UCB, tetapi saya putuskan hadir dalam program CERAH karena ini sangat penting. Ini bukti cinta, perhatian, dan keseriusan Pemerintah Kota Kupang. Ini bukan sekadar seremoni launching atau kick off, tetapi gerakan awal yang sangat besar untuk perbaikan tata kelola air, konservasi, edukasi, dan terutama perubahan perilaku ekologis,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa banyak bencana di Indonesia, termasuk banjir dan longsor, terjadi karena perilaku manusia.
Wali kota juga mengungkapkan rencana penanaman 200–300 pohon, hasil audiensi dengan Plan Indonesia. Bahkan muncul gagasan untuk menghidupkan kembali Kampung Cendana sebagai kawasan ekowisata berbasis konservasi.
“Cendana dulu adalah kebanggaan kita, tetapi kini mulai punah. Kita punya lahan besar. Kita bisa tanam kembali, jadikan Kampung Cendana sebagai ekowisata, menghasilkan PAD, sekaligus menjaga lingkungan.” ujarnya.
Wali kota juga membagikan pengalamannya saat mewakili Indonesia dalam Konferensi Wali Kota Sedunia di Shanghai beberapa waktu lalu. Kupang menjadi satu-satunya wakil Indonesia, bersama tiga kota lain dari Portugal, Amsterdam, dan Penang.
Warga kota maju terpukau karena Kupang unggul dalam kekuatan komunitas (strong community) dan nilai-nilai gotong royong — hal yang tidak dimiliki kota-kota metropolitan dengan gedung pencakar langit.
“Di kota-kota maju, orang pergi pagi, pulang sore, masuk kamar, kunci pintu. Mereka tidak punya ikatan tetangga sekuat kita. Di Kupang, kalau cabai habis, kita bisa ketok pintu tetangga pinjam lombok. Ini kekuatan yang menjaga kita dari berbagai dampak sosial, termasuk menjaga ruang terbuka hijau dan resapan air.”
Kisah unik tersebut membuat Christian diwawancarai oleh CCTV Nasional Tiongkok, karena dianggap membawa perspektif berbeda: bukan kecanggihan teknologi, tetapi local wisdom.
Dalam bagian inti pidatonya, Christian menegaskan bahwa kebijakan air bersih dan lingkungan harus berbasis kajian, bukan sekadar anggaran.
“Jangan uang dulu baru program. Program dulu berdasarkan kajian, baru uang mengikutinya. Itulah man follow program.” tandasnya
Ia menekankan pentingnya konsistensi: “Komitmen itu gampang. Yang paling susah adalah konsistensi. Tanpa konsistensi, kita tidak bisa mengakhiri pekerjaan.” jelas Christian
Samuel Apsalon Niap, Area Program Manager NTT Plan Indonesia, menyampaikan bahwa Kupang adalah kota kering dengan penurunan debit mata air hingga 70% di musim kemarau (mengacu pada Rencana Aksi Iklim 2023).
Ia menegaskan bahwa perempuan, kaum muda, dan penyandang disabilitas tidak boleh hanya menjadi penerima manfaat, melainkan aktor utama perubahan.
Program CERAH mendapat dukungan komunitas muda, organisasi perempuan, kelompok disabilitas, Forum DAS, Perumda Air Minum Kupang, serta berbagai akademisi.
Perwakilan komunitas Cinta Lingkungan Kupang menyampaikan bahwa generasi muda ingin menjadi pelaku, bukan sekadar penonton perubahan.
Ketua PKK Kota Kupang, dr. Widya Cahya, menegaskan bahwa perempuan sering menjadi pihak yang paling sering berhadapan dengan kebutuhan air, namun paling sedikit terlibat dalam pengambilan keputusan. Melalui CERAH, kondisi ini diharapkan berubah.
Salah satu inisiatif penting adalah pembentukan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) yang melibatkan:
- organisasi perempuan
- perwakilan disabilitas
- NGO lokal
- akademisi
PSDAT menekankan perlunya kesamaan persepsi mengenai konservasi sumber air, pengendalian daya rusak air, dan perencanaan pengelolaan air yang berketahanan iklim.
Program CERAH diharapkan menjadi titik awal perubahan budaya ekologis di Kupang, bahwa menjaga air bukan sekadar proyek pemerintah, tetapi gerakan besar seluruh masyarakat.
