![]() |
| Perempuan pedagang menolak relokasi ke Pasar Alok karena alasan keamanan dan pelecehan. Mereka menilai keselamatan mereka diabaikan oleh keputusan pemerintah. |
Maumere,NTT, 3 Desember 2025 — Suasana memanas setelah pemerintah mengeluarkan ultimatum tiga hari bagi seluruh pedagang untuk mengosongkan Pasar Wuring. Kebijakan yang dinilai sepihak itu langsung memicu penolakan keras, terutama dari para pedagang perempuan yang merasa keselamatan mereka justru diabaikan.
Penolakan itu semakin kuat setelah beredar sebuah video berisi kesaksian ibu-ibu pedagang yang dengan gamblang mengungkapkan ketakutan mereka. Video tersebut menunjukkan bahwa tindakan tidak semestinya—termasuk pelecehan fisik—telah dialami para pedagang bahkan pada siang hari, di tempat yang selama ini mereka anggap relatif aman.
“Siang saja kami sudah diremas… apalagi kalau malam hari? Siapa lindungi kami?” ungkap seorang pedagang perempuan dalam video itu. Pernyataan tersebut menjadi sorotan utama, menegaskan bahwa kekhawatiran mereka bukan mengada-ada.
Pemerintah mewajibkan pedagang untuk pindah ke Pasar Alok, namun para perempuan itu menilai lokasi tersebut rawan, gelap, dan minim pengawasan. Mereka menyebut pengalaman buruk pedagang sebelumnya yang dilecehkan atau diganggu saat malam hari, sehingga relokasi dianggap membahayakan keselamatan mereka.
Selain keamanan, persoalan ekonomi juga memicu penolakan. Para pedagang kecil merasa tidak mampu bersaing dengan pedagang besar yang sudah lama menguasai Pasar Alok. Mereka khawatir relokasi hanya akan memperlebar ketimpangan dan membuat mereka kehilangan mata pencaharian.
“Kami aman di sini, saling jaga. Kenapa harus pindah ke tempat yang kami sendiri tahu tidak aman?” keluh seorang ibu lainnya.
Bagi para pedagang perempuan, tempat berjualan bukan hanya ruang ekonomi, tetapi juga ruang aman. Karena itu, ultimatum tiga hari dianggap tidak manusiawi dan tidak mempertimbangkan kerentanan perempuan yang selama ini menjadi korban utama tindakan tidak pantas.
Para pedagang berharap pemerintah membuka dialog yang jujur dan mempertimbangkan keselamatan perempuan sebelum mengambil keputusan. Mereka menegaskan bahwa selama tidak ada jaminan keamanan dan perlindungan nyata, mereka tidak akan pindah.
